Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

(Hari Pahlawan) "Bangkitlah Dini ! Perjuanganmu Masih Panjang"

10 November 2013   23:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:20 1026 8

“ Dini, kamu kenapa menangis?” tanya Shanti ketika mendapatkan Dini terisak di kursi sudut kamar mess mereka.
“ Aku harus pulang ke Jawa sekarang Shan, adikku.. adikku.. hiks..hiks” Arini tak kuasa melanjutkan bicaranya, tangisnya pecah lagi, ia langsung menutup wajahnya dengan kedua belah telapak tangannya.
“ Arini kenapa Din? Arini kenapa?” tanya Shanti, hampir histeris ia bertanya.
“ Pagi ini Arini meninggal, terserang demam berdarah Shan,hiks”
“Oh, kasihan Arini, aku ikut sedih ya Din.” Kata Shanti, ia pun cukup kaget mendengar berita duka ini.
“ Kemarin Mbok Yem yang menemukan Arini sudah terkulai lemas di tempat tidurnya dan menemukan obat penurun demam yang sudah habis di meja kamarnya. Si Mbok langsung minta bantuan tetangga membawa Arini ke rumah sakit, Arini langsung dirawat tapi pagi ini ia meninggal, hiks. Dokter bilang dari hasil labnya Arini diketahui sakit demam berdarah dan thypoid,hiks.” Arini menceritakan berita duka yang baru didapatnya pagi itu.
Shanti langsung memeluk Dini sahabatnya itu, ia pun tidak kuasa berkata-kata, saat ini ia hanya bisa menyediakan bahunya tuk tempat Dini menangis, ia bisa merasakan kesedihan Dini, baginya Arini adik Dini sudah seperti adiknya juga, ia juga sangat sayang kepada Arini. Ia tak menyangka Arini meninggal dunia di usia yang masih muda.
“ Sabarlah Din, mungkin ini sudah kehendak Illahi bila Arini pergi menyusul ayah ibumu di Surga.” Akhirnya Shanti bisa berucap sedikit.
“Hiks, aku yang salah Shan, andai aku tetap berada di Semarang dan tak menuruti egoku merantau di sini mungkin Arini masih bisa tertolong. Nasib Arini ironis, ia mempunyai kakak seorang analis yang juga mempunyai banyak kenalan dokter namun kakaknya tak dapat menolong adik yang sakit. Aku tak berguna Shan, aku menyesaaal, hiks.” Tersedu Dini mencurahkan sedihnya.
“Sejak ibu bapak tiada Arini sering begitu, ia memendam sendiri rasa sakitnya, mungkin kali ini ia pun berpikir ia hanya sakit demam biasa, kebetulan juga selama 2 hari kemarin si Mbok pergi ke rumah adiknya di kampung sebelah.Saat si Mbok kembali ia melihat Arini sudah lemas tak berdaya. Ahh andai aku ada bersamanya mungkin aku akan langsung membawanya ke rumah sakit lebih awal dan mengecek darahnya di lab, betapa aku sangat menyesal Shan, hiks.” ucap Dini penuh rasa sedih dan penyesalan. Shanti cuma bisa terdiam, ia juga bingung harus menjawab apa, hatinya juga ikut perih melihat sahabatnya sangat terpuruk dalam kesedihannya. Namun ia sebagai satu-satunya orang yang paling dekat dengan Dini kini harus bisa menguatkan dan membantu Dini menghadapi dukanya ini.
“Aku kan ke Semarang menemanimu Din, Arini sudah kuanggap adikku sendiri. Aku pun ikut terpukul akan berita ini. Sabarlah dan tabahlah Din, ini sudah kehendak-Nya, ikhlaskanlah Din.” Ucap Shanti mencoba menguatkan sahabatnya itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun