Suatu hari, desa mereka mengadakan festival panen. Seluruh warga berkumpul di balai desa, membawa berbagai makanan. Rendy, seperti biasa, mengambil sepiring penuh daging rendang, lontong, sate, dan masih banyak lagi. Warga hanya menggelengkan kepala melihat piring Rendy yang nyaris tumpah.
Namun, di tengah pesta, langit tiba-tiba gelap. Petir menggelegar, dan angin kencang bertiup. Seekor burung gagak besar terbang rendah, hinggap di pohon dekat balai desa. Ia berbicara dengan suara yang menggema, "Kalian manusia telah lupa untuk bersyukur. Kalian makan tanpa memikirkan sesama dan lupa bahwa makanan adalah anugerah."
Warga terdiam, termasuk Rendy. "Kamu," kata burung gagak itu sambil menatap Rendy, "Kenapa kau ambil lebih banyak dari yang kau butuhkan?"
Rendy menelan ludah, lalu menjawab dengan gugup, "Saya... saya lapar."
"Lapar bukan alasan untuk rakus. Karena itu, kau akan mendapat pelajaran." Dalam sekejap, tubuh Rendy menyusut hingga sebesar seekor burung kecil. Ia mencoba berbicara, tetapi yang keluar hanyalah suara ciap-ciap.
"Mulai sekarang, kau harus mencari makan sendiri, seperti burung. Kau hanya bisa makan secukupnya," kata burung gagak sebelum terbang pergi.
Rendy kini menjadi seekor burung kecil, terbang ke sana-sini mencari makanan. Ia harus belajar bahwa mencari makanan itu tidak mudah. Setiap hari ia hanya bisa mengambil sebutir dua butir padi, dan itu pun harus berbagi dengan burung lain.
Bulan berganti, dan Rendy mulai menyadari betapa pentingnya makan secukupnya. Ia juga belajar berbagi, karena burung-burung lain sering saling membantu. Suatu hari, burung gagak kembali dan berkata, "Apakah kau sudah belajar arti dari makan secukupnya?"
Rendy mengangguk. "Saya mengerti sekarang. Makanan adalah berkah, dan kita harus mengambil secukupnya agar yang lain juga kebagian."
Burung gagak tersenyum. "Kalau begitu, kau boleh kembali menjadi manusia."
Dalam sekejap, Rendy kembali ke wujud aslinya. Ia kembali ke desa dan meminta maaf kepada warga atas sikapnya selama ini. Sejak saat itu, Rendy menjadi orang yang paling bijak soal makanan. Ia selalu mengambil secukupnya dan mengingatkan yang lain untuk bersyukur atas apa yang mereka miliki.
Pesan sederhana: sebagaimana hadits nabi yang di redaksi kan oleh pepatah yang berbunyi makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang maka hendaklah kita makan secukupnya, syukuri apa yang ada, dan berbagi dengan sesama.