Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Menembus Awan Kota Jakarta

28 Juli 2010   07:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:32 122 0
Laju kereta begitu tenang..membawa saya terhanyut dalam perjalanan indah menuju kota Jakarta... stasiun senen menyambut saya dengan hangat.. masih dengan teriakan teriakan penjaja makanan, yang diselingi tawaran tawaran tukang ojek dan supir bajaj. Saya hanya tersenyum tanpa mengindahkan tawaran mereka, semenjak saya pernah tinggal di jakarta sepanjang september sampai januari lalu, saya sudah menanamkan kecintaan pada busway dan menjadikannya satu satunya alat transportasi kepercayaan saya untuk mengitari kota besar itu. Dan hingga kini, ketika saya berkesemoatahn untuk mengunjungi kota ini lag saya tetap setia pada busway. Saya berjalan cukup jauh dan menemui antrean panjang sebelum akhirnya saya bisa bernafas lega sambil menggendong tas ransel saya di dalam busway. Jakarta masih tetap indah dalam pandangan saya, saya yang notabene seorang gadis desa, selalu saja berdecak ketika melintasi gedung gedung pencakar langit yang seolah menembus awan kota jakarta, gedung gedung yang berlomba lomba untuk menghancurkan langit yang kusam penuh asap itu. Jalan yang lebarnya berkali kali lipat dibanding dengan jalan di kota kelahiran saya pun tak mampu menampung semua kendaraan yang ada, gendang telinga saya hampir pecah ketika masing masing dari mereka menyerukan suara klakson sekeras mungkin, dan berusaha meneriakan protes mereka atas kemacetan yang melelahkan sore itu. Peluh membanjiri seorang penjual air mineral yang tetap dengan gigih menawarkan jualannya dari satu jendela mobil ke jendela yang lain...ah...betapa bersyukurnya saya tidak harus bekerja sedemikian kerasnya untuk mencukupi kehidupan saya sehari hari. Saya berhenti di halte Bundaran Hotel Indonesia, dan mendapati langit di luar sana menggelap dilengkapi dengan tangis langit yang tercurah menjadi hujan. Semua rasagerah dan penat hilang sejenak, berganti dengan angin sejuk dan bau tanah bercampur hujan yang menentramkan hati saya.... saya melangkahkan kaki menaiki lintasan menuju jembatan penyebrangan, dan ketika usai melintasi jembatan dan menuruninya, saya tidak terselamatkan lagi, hujan serta merta mengguyur seluruh badan saya. Dan seketika itu pula dingin menyusup ke tubuh mungil saya. Saya berlari mencariĀ  tempat berteduh..namun belum sempat saya menemukan tempat yang tepat untuk berteduh, seorang anak kecil, yang tingginya kira kira 120 cm menghampiri saya dan membawa sebuah payung besar untuk saya. Dialah "sang pangeran ojek payung", dia yang menyelamatkan saya dari hujan deras yang menerpa saya sore itu. Dan saya segera mengulurkan tangan untuk membawakan payung besar itu, karena tubuhnya masih sangat kecil, dia terlihat sangat kesulitan membawa payung sebesar itu. Saya melanjutkan langkah saya dan anak kecil itu mengikuti saya. Saya merangkulnya untuk mendekat namun dia tetap saja melompat kesana kemari, bahkan dengan lihainya, dia menginjak setiap genangan air yang kami lewati. "aih.. dasar anak kecil....senang sekali bermain air..sama seperti saya dulu.." batin saya dalam hati. Saya memasuki sebuah gang kecil di daerah kebon kacang, dan memandang sedih sungai sungai yang sangat kotor. Ugh.. tidak akan saya temukan sungai seperti ini di kota kelahiran saya. ah...tapi inilah jakarta... sungai kumuh menjadi salah satu cirinya. Kemudian ada juga yang tidak luput dari pandangan saya, seekor tikus yang melintas dengan sigap di jalan gang yang tengah saya lewati,saya hampir saya berteriak,karena ukuran tikus ituĀ  cukup besar, namun hal semacam ini seolah sudah menjadi hal yang biasa bagi penduduk sekitar pemukiman itu. Rumah rumah yang berdempetan satu sama lain, sampah yang dibuang begitu saja di sungai, pakaian pakaian yang di jemur di atap atap rumah, menjadi pemandangan sehari hari disini. Ironis sekali, hal seperti ini jarang nampak dari jalan besar, karena pemukiman kumuh ini tertutupi oleh gedung gedung megah yang menembus awan kota jakarta. Sambil meneruskan langkah untuk menuju ke rumah kerabat saya di daerah tersebut, saya menggandeng anak kecil tadi agar tidak berlari larian terlalu jauh dari saya.. " namanya siapa kamu?? "... "yusup".. dia menjawab... " kamu sekolah ga?" ... "sekolah"...jawabnya.. "kelas berapa??" "dua"... ah.. selalu saja jawaban singkat yang saya terima dari anak kecil ini, padahal saya paling gemas kalau ada anak kecil yang mau berceeloteh banyak kepada saya.. sampai akhirnya saya bertanya lagi.. " lhoh?? ini kok malah ujan ujanan?malah ga sekolah??nanti dimarahin ibu loh..." dan dia akhirnya mau menjawab pertanyaan saya yang terakhir ini dengan agak panjang "ini juga ujan ujanan buat jadi ojek payung nanti duitnya dikasih mamak, sekali ngojek dapet cuman dua rebo, seharian ngojek paling dapet 15 rebo, ntar dikasih mamak, biar bisa dikumpulin buat bayar sekolah,jadi mamak ga mungkin marah". "Oh yah??" saya agak terperangah ketika mendengar jawaban indah itu terlontar dari mulut seorang anak kelas dua SD, ia rela membolos sekolah untuk mencari uang ,membantu ibunya membiayai sekolahnya sendiri. Subhanallah, anak hebat.. .."ehm..harusnya... daripada untuk berlomba lomba membuat gedung gedung yang menembus awan kota jakarta.. bukankah akan lebih bermanfaat ketika digunakan untuk menghidupi rakyat kecil yang membutuhkan seperti yusupn dan keluarganya ini??" batin saya mulaibergejolak dan protes terhadap kondisi ini. Miris sekali bukan? mereka menghambur hamburkan trilyunan rupiah untuk gedung gedung itu, tapi mereka melupakan yusup kecil yang hebat ini. Akhirnya sampai juga saya di teras rumah kerabat saya, dan yusup berkata " udah kak,,, 2 rebo aja"... saya tersenyum... ^_^ dan..hehehe... tidaklah sampai hati saya mengulurkan tangan saya dan hanya memberi rua ribu rupiah untuk anak sehebat yusup.. akhirnya.. saya keluarkan dua lembar uang... dan saya katakan kepadanya.." ini ada dua lembar sup.. yang satu buat mamak... yang satu buat kamu aja,...yah? ditabung.. yah sup yah??" ....yusup tersenyum hingga deretan giginya yang tidak rata terlihat semua... "wah..banyak banget kak... makasih ya kak... " ujarnya sambil berlari lari lagi dalam hujan kala itu.. Jadilah anak yang hebat yusup kecilku... bersekolahlah yang rajin dan bercita citalah hingga cita citamu melebihi tinggi gedung gedung itu... dan biarkan cita citamu yang menembus awan kota Jakarta.. .. hingga kau besar nanti...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun