Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Loh! Kok Paku Bersarang Burung?

2 Januari 2024   06:25 Diperbarui: 2 Januari 2024   06:53 214 5

Halo, Sobat Biologi! Loh! Kok Paku Bersarang Burung? Emang ada? Yuk, kita simak penjelasan berikut ini!

Sebelumnya Sobat Biologi udah tau belum nih apa si tumbuhan paku itu? Yaps benar sekali, Tumbuhan Paku adalah kelompok tumbuh tumbuhan yang mempunyai jenis yang cukup banyak. Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 1.300 jenis tumbuhan Paku dari 12.000 jenis yang ada di seluruh dunia. Mengingat jumlah jenisnya yang cukup banyak, tumbuhan paku dapat dijumpai dari tepi pantai sampai ke pegunungan tinggi. Tumbuhan paku menyukai tempat yang lembap dan teduh. 

Pada tumbuhan paku sudah dapat dibedakan struktur akar, batang, dan daun. Akarnya berupa akar serabut yang keluar dari rimpangnya. Ujung akarnya dilindungi oleh tudung akar (kaliptra). Batang tumbuhan paku ada yang tumbuh mendatar di dalam tanah (rimpang) dan ada yang tumbuh menjulang ke atas (Setiowati & Furqonita, 2007). Paku bersarang burung dimaksudkan sebagai tumbuhan paku yang menyerupai sarang burung, yaitu spesies Asplenium antiquum.


Pasti Sobat Biologi Penasaran kan apa saja ciri khas, ciri umum, manfaat serta persebaran dan habitat Asplenium antiquum? yuk , baca selengkapnya.

Asplenium antiquum merupakan tumbuhan paku yang berasal dari Kingdom: Plantae, Filum: Tracheophyta, Kelas: Polypodiopsida, Ordo: Polypodiales, Subordo: Aspleniinae, Famili: Aspleniaceae, Genus: Asplenium , Spesies: Asplenium antiquum (iNaturalist, 2023). Spesies dari Taiwan dan Jepang ini memiliki daun yang lebih kecil dan runcing dari pada pakis sarang burung. Daunnya sering memiliki tepi yang agak bergelombang, lebih berbentuk V dan juga lebih kokoh dari pada daun Asplenium nidus, dan karenanya kurang rentan (Vermeulen & Rosenfeld, 1998). 

Ciri umum

Ciri umum Asplenium antiquum adalah pakis dengan dedaunan hijau apel yang elegan dan pelepah yang berwarna hitam. Daunnya besar, dengan tepi bergelombang dan tidak melebihi 50 cm dan lebar 10-20 cm. Asplenium antiquum dapat tumbuh sendiri di mana saja, seperti di rumah dan memiliki sifat pembersih udara. Asplenium antiquum adalah pakis hias yang akan tumbuh setinggi 2 hingga 3 kaki dalam kondisi pertumbuhan optimal. Asplenium antiquum lebih menyukai naungan daripada sinar matahari yang disaring dan harus ditanam di dalam ruangan atau di area teras tertutup. Tanaman ini lebih menyukai tanah yang lembab tetapi tidak basah. Asplenium antiquum berasal dari Asia dan umumnya ditemukan tumbuh di batang pohon.

Persebaran dan habitat

Persebaran dan habitat dari Asplenium antiquum adalah pakis yang berasal dari Asia Timur beriklim sedang, di Cina, Jepang, Korea, dan Taiwan. Asplenium antiquum dapat ditemukan di tebing, hutan gelap, dan batang pohon. Asplenium antiquum tumbuh subur secara alami di bawah pohon hutan, karena itulah mereka dapat melakukan fotosintesis dengan volume sinar matahari harian yang cukup rendah dan dapat hidup pada suhu ideal berkisar antara 22-32°C dan kelembaban antara 60-70%. Ini adalah spesies yang masuk ke dalam kategori terancam punah IUCN di habitat aslinya (iNaturalist, 2023). Asplenium antiquum dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena memiliki bentuk yang indah, Infus daun Asplenium antiquum telah digunakan untuk meredakan nyeri persalinan dan losion yang diperoleh dari daun telah digunakan untuk mengobati demam, Asplenium antiquum digunakan secara lokal dalam pengobatan tradisional untuk asma, luka, kelemahan, dan bau mulut, dan Asplenium antiquum dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik karena mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan fenolat yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri (Risky et al., 2022).



Daftar Pustaka

iNaturalist. (2023). Asplenium antiquum. Diakses dari link https://www.iNaturalist.org, pada 01 Januari 2024, pukul 20.40.

Maya, S., & Nery, S. (2018). Perbandingan Jenis Paku Dari Amili Aspleniaceae Di Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Diakses dari https://repository.unri.ac.id, pada 01 Januari 2024, pukul 21.29.

Risky, H. W., Redo, S., Welly, D., Sipriyadi, S., Rochmah, S., & Alfredi, A. F. G. S. (2022). Aktivitas Antibakteri dan Analisis Fitokimia Ekstrak Metanol dari Daun Paku Sarang Burung (Asplenium nidus). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 27 (3), 295-301.

Setiowati, T., & Furqonita, D. (2007). Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press.

Vermeulen, N., & Rosenfeld, R. (1999). Encyclopedia of of House Plants. Charlottesville: Rebo Productions.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun