Mr. Alfonso ditangkap di sebuah Pulau
atas tuduhan pengedaran narkotika.
Pulau yang banyak mengasilkan kerajinan kerang dan mutiara hitam. Salah satu pulau yang masih asri dan mempertahankan kebudayaannya.
Akhirnya, setelah bertahun-tahun, kepala sindikat itu kabur-kaburan. Setelah pelarian panjang dari satu pulau ke pulau lainnya. Dari satu kota ke kota lainnya, tertangkap juga.
Tidak mudah menjebak dan menangkap penjahat kelas berat seperti Mr. Alfonso.
Pasti ada seorang spionase handal di balik sandiwara transaksi itu. Batinku.
***
Tidak biasanya aku membaca koran, atau mengikuti perkembangan berita di luar sana. Aku cuma menunggu Ibu, hampir satu bulan tidak pulang ke rumah.
Aku sudah mencoba menghubungi Ibu, tapi ponselnya tidak aktif sejak terakhir kali mengirimkan pesan padaku. Ah, sudah biasa, Ibu memang tidak suka diganggu ketika bekerja di luar kota.
Tidak biasanya juga aku duduk di teras ini. Berlama-lama memandang orang-orang berlalu-lalang dengan kegiatan mereka. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di kamar saat Ibu tidak di rumah.
Aku kangen sekali. Aku hanya berharap Ibu segera pulang. Itu saja alasanku berlama-lama di teras ini.
***
Harapanku terkabul, Ibu tiba!
"Asalamualaikum, Annet sayang. Yuk bantu Ibu menurunkan barang-barang." Seraya menutup pintu mobil.
Aku pun bergegas, sembari memekarkan perasaan amat bahagia seiring menjawab salam Ibuku. Kami pun erat berpelukan. Kemudian menurunkan barang-barang.
Wah. Banyak oleh-oleh yang Ibu bawa. Daster batik untuk dipakai sehari-hari. Keripik keladi. Sarang semut. Dan oohh... sebuah mutiara hitam yang cantik, terpasang di liontin untukku.
Tunggu dulu. Ke mana perginya Surat Kabar yang tadi kubaca?