Memang lara. Kehadiranya menghujam sayatan demi sayatan kenang yang perih. Membuat aku sulit mangkir dari rasa takut kalau aku akan baik-baik saja dengan pertemuan hati yang selajutnya. Â Ada begitu banyak cara melupakan luka, maka dari itu aku menulismu dan mengenangmu menjadi cerita. Bukan untuk menjadikan kamu sebagai prasasti tapi untuk kembali mengingat bahwa "aku pernah terluka begitu dalam, menamparku dan megajariku soal- menyelamatkan hati."
Aku pikir bukan  cuma hati aku yang perlu diselamatkan. Di luar sana masih ada banyak hati yang mati. Mengubur diri dalam pusara luka pada waktu yang lama. Ini saatnya kita mencari jalan keluar. Kembali hidup degan mencari tempat berlindug paling aman atau pulang sendirian. Apapun pilihannya, mari selamat.