maka dunia kembali seperti sedia kala,
penuh dengan tanda titik dan koma.
Tiap deret kalimatnya membangun konstruksi logika,
terkadang membuat gila.
Ah, tetap saja, buku-buku ini semakin menyiksa.
Dia tak bisa tertawa,
seperti derai tawamu yang menghilangkan kata tiba-tiba
Kalau saja mereka bukan benang rajut untuk selimut mimpi-mimpi kita,
tak sudi aku menyelingkuhimu bermalam-malam hanya untuk bergumul dengan mantra-mantra di dalamnya
Sudahlah, tak usah berpesta, tak begitu ingin aku berada di tengah-tengah mereka
Cukup bawa saja cinta yang bersemayam di matamu di akhir pekan kita
Maka dua variabel yang lain akan menjadi dua pengapit yang indah
Baiklah,
mari kita tuntaskan buku-buku ini secepatnya
atau kita bangun saja menjadi jembatan ruang dan waktu
agar kemudian kita bisa berpesta di atasnya.
Semarang, 3 Oktober 2012.