Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

AH AIR TERJUNNYA PUN MENDESAH, BERLIBUR KE CEURACEU

11 September 2011   20:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:03 175 0

Minggu pagi, tertanggal 11 september 2011, mendapat telpon dari seorang teman memiliki nama Zulfikar, SE. Dia mempertanyakan padaku tentang jadi atau tidaknya berlibur atau melancong ke Ceuraceu, padahal bumi masih lembab dipagi Minggu, masih terlihat sisa-sisa air hujan yang menguyur dari Sabtu pagi, walau ada berhenti sebentar, hujannya. Aku menjawab telpon langsung mengatakan bahwa jadi perginya, “ok, jika jadi maka akan aku bungkus tape dan ketupat untuk bekal kita bawa kesana”.

Aku melirik jam yang menempel didinding, jarum jam pun masih menunjuk pada angka 08:30 WIB. Sekitar setenggah jam selanjutnya dia pun telpon kembali dan mengatakan “Nas, kanoet neu beh, jeut ta peuget kupi entrek (Nas, Periok kau bawa ya, biar kita buat kopi nanti), oa mantelnya juga kau bawa, mana tahu hujan kembali menguyur. Hah, bawa mantel, kayak mau ke pasar saja.

Ceuraceu salah satu tempat wisata air terjun pengunungan tujuh tingkat yang terletak di Gampong persiapan Drien Beurumbang hasil dari pemekaran gampong Krueng Batee kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya.

Kami berangkat bertiga (Nasruddin OOS, Arief, Zulfikar) menuju Ceuraceu dengan berjalan kaki dari jalan nasional jaraknya sekitar ± 2 km dengan lama waktu 2 Jam. Jalan terjal bebatuan serta menyeberangi sungai berkali bahkan berulang kali hanya untuk menikmati keindahan panorama alam. Ternyata tempat ini memang tertutup dengan adalah plang tentang sebuah peringatan bahwa muda-mudi yang berpasang tidak boleh pergi kesana karena masyarakat setempat mengkuatirkan akan terjadi pelanggaran syariat Islam atau lebih sering disebut lambung maksiat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun