Inovasi dalam pembelajaran bukanlah suatu hal yang baru (gres) tetapi suatu yang dianggap unggul dari suatu yang telah ada yang bersifat konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku dan sesuai dengan pengalaman masa lalu.
Salah satu contoh real dari bentuk inovasi adalah adanya pergeseran bermacam-macam teori, misalnya pergeseran dari teori behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Namun, pada dasarnya keempat teori ini memiliki tujuan yang sama yaitu menjadikan peserta didik mencapai perkembangan yang optimal baik itu secara fisik, psikis, maupun pemikirannya.
Berbagai teori tidak akan pernah dapat mencapai tujuanya masing-masing. Hal ini sangat tergantung dari bagaimana cara guru dapat menyampaikan pembelajaran itu. Oleh karena itulah dibutuhkan sebuah pembaharuandalam strategi, metode, dan juga teknik yang benar-benar bertujuan. Guru yang sudah berbekal berbagai metode dan teknik ini, merekalah yang dapat mencetak peserta didik-peserta didik yang benar-benar berkualitas, yaitu mereka para peserta didik yang kreatif, kritis, dan syukur alkhamdulillah jika ada yang menjadi problem solver.
Selain berbagai metode dan strategi, seorang pendidik juga dituntut untuk dapat mengaktifkan pembejaran di kelas. Bagaimanakah itu? Ya…hal yang pertama dilakukan adalah guru berusaha untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, tidak menegangkan, santai tapi serius. Dan hal yang tidak kalah pentingnya juga adalah menciptakan suasana yang tidak hening karena peserta didik membutuhkan suatu mobilitas dalam pembelajarannya. Hal inilah yang akan membantu guru untuk dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya. Selain itu hal yang terpenting adalah dapat mencetak siswa yang dapat mengoptimalkan otaknya secara penuh.