Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

Manusia dan Bahasa

25 September 2012   16:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42 106 0
Manusia dan bahasa merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Di mana ada manusia di  tempat itu pula pastilah ada bahasa.

Bahasa pertama yang dikenal oleh manusia adalah bahasa cinta. Bahasa  ini jelas berawal dari perasaan bahagia  dilanjutkan dengan  dengan belaian , dekapan , kecupan hingga senanudung dan juga doa sebagai ungkapan cinta  dari seorang manusia yang bernama ibu  kepada bayi yang baru dilahirkannya. Bahasa cinta dari seorang ibu tersebut dalam perkembangan selanjutnya  jadilah bahasa ibu karena  berawal dari faktor penutur pertamanya.

Bahasa ibu sebagi cikal bakal  bahasa daerah  akan berkembang  sesuai kesepakatan para penutur atau pengguna bahasa tersebut. Bahasa daerah yang tetap dipelihara  dalam pergaulan sehari-hari  atau bahkan lebih sering digunakan dalam forum-forum  resmi di daerah tersebut maka keberadaanya akan tetap terjaga dibandingkan  bahasa daerah di tempat lain yang  tidak dipergunakan dalam acara-acara resmi  atau dalam bahasa sehari-hari lebih menyukai menggunakan bahasa nasional.  Memang bahasa nasional  adalah  sebagai pemersatu bangsa, tapi kalau kita harus menjaga keberadaan bahasa nasional  bukan berarti harus meninggalkan  atau membiarkan  bahasa daerah mati secara pelan-pelan  dengan berbagai alasan  misalnya  keberadaan bahasa Jawa banyak yang beralasan lebih  rumit, tidak praktis  bahkan ada yang mengatakan terkesan feodal karena  ada tingkatan-tingkatannya dalam penggunaannya.

Bahasa daerah memang harus tetap dipelihara tetapi tak perlulah kemudian terlalu fanatik  dengan kedaerahan tersebut, seperti pengucapan akhiran  kan menjadi ken  misalnya  melaporkan menjadi melaporken , menyampaikan menjadi menyampaiken dan sebagainya  yang konon itu pengaruh dari bahasa Jawa  seperti Jw, ngaturaken,nyaosaken dan sebagainya. Tenyata  kebiasan  menggunakan  bahasa seperti itu tidak berlanjut sampai saat ini berarti masyarakat  sekarang bisa membedakan penggunaan bahasa daerah dan bahasa nasional.

Beberapa waktu yang lalu sebuah stasiun televisi swasta  dalam reportase pagi menayangkan berita mengenai peternakan itik di daerah Semarang dalam berita tersebut digunakan kata  pengangon untuk menggantikan kata penggembala kami yang sedang menyiapkan sarapan pagi terkejut mendengar kata pengangon karena terasa Jawa sekali  pengangon wow pengangon.

Pada kesempatan lain  penulis mencoba membuka Kamus Umum  Bahasa Indonesia  ternyata ada kata pengangon  samadengan kata  penggembala,mungkin karena kurang terbiasa saja sehingga penulis merasa aneh dengan kata tersebut ataukah mungkin ada  juga dalam bahasa daerah lain  kami tidak tahu. Menurut hemat kami kata penggembala lebih familier dibandingkan kata pengangon .

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun