Namun, saya pasti segera ganti rubrik atau ganti saluran begitu membaca atau mendengar kata ‘pasangan Anda’. Setiap kali membaca atau mendengar kata pasangan Anda dari para pakar untuk mendefinisikan pihak kedua dalam aktivitas seks, kok saya merasa sedih.
Padahal, tidak ada yang salah dengan kata pasangan. Dari kaidah bahasa, barangkali itu kata yang paling tepat. Apalagi jika tag-nya aktivitas, biologi atau repoduksi.
Dengan mempertimbangkan tata nilai yang ada, pemilihan kata pasangan menjadi mengganggu. Kata tersebut mencerminkan sikap permissif, kalau tidak mau disebut menyugesti, perilaku seks bebas.
Bandingkan dengan pemakaian kata ‘suami/istri Anda’ untuk menyebut pihak kedua dalam aktivitas seks itu. Pemakaian kata suami/istri terdengar lebih sarat nilai.
Para pakar seksologi rasanya sih tidak akan kehilangan kepakarannya dengan memasukkan tata nilai dalam semua ulasannya. Media juga tidak akan kehilangan kredibilitasnya karena menyebut suami/istri untuk mengganti kata pasangan. Kompas.com tetap akan menarik meski, misalnya, judul ‘Demi Pasangan, Perlukah Fake Orgasm?’ (Jumat, 15 Agustus 2008 | 15:53 WIB) diganti dengan ‘Demi Suami, Perlukah Fake Orgasm?’
Soal ‘rasa bahasa’ memang sangat subyektif. So, saya tidak perlu berlarut-larut meyakinkan Anda, bahwa bagi saya, ganti ‘pasangan seks’ itu perlu.