Hujat - menghujat telah menjadi candu yang sering ditayangkan di media televisi, seolah - olah menghujat adalah sebuah perilaku terpuji dan baik. bukankah ketika kita menghujat seseorang sebenarnya kita sedang mengumbar aib kita sendiri. Menghujat tidak menunjukkan siapa yang lebih baik, yang menghujat atau yang dihujat.
Kasus hujat - menghujat ini menjadi ramai dan berkembang ketika yang saling menghujat adalah public figure yang sama - sama memiliki popularitas sehingga memiliki pasukan pro maupun pasukan kontra. Perhujatan yang paling ramai tentu yang menantang untuk diselesaikan di ring tinju. Ketika sebuah hujat - menghujat menjadi awal lahirnya tontonan baru pertandingan tinju berhadiah 250 juta dari seorang pengacara kondang. Seandainya acara tinju jadi berlangsung maka suatu saat hujat - menghujat harus berakhir di ring tinju.
Fenomena baru tetapi sebenarnya tidak menarik. Apapun hasil akhirnya mengoceh atau berkicau di twitter bukan untuk hujat - menghujat, saya yakin facebook, twitter dan kaskus dibuat bukan untuk hujat menghujat. Tetapi apapun yang terjadi nasi sudah menjadi bubur, tinggal melihat apakah buburnya akan menjadi bubur ayam atau hanya sekedar bubur yang tidak layak konsumsi.