HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV adalah akronim dari Human Immunodeficiency Virus. Sama seperti virus lainnya, infeksi virus HIV akan menyebabkan penyakit. Tahap akhir dari infeksi HIV adalah kondisi AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrom.
Mari sedikit mengenal sistem kekebalan tubuh.
Sistem kekebalam tubuh adalah kumpulan organ (sistem) yang mempertahankan kondisi sehat tubuh. Sistem kekebalan tubuh atau imunitas ini diperankan oleh sistem humoral (terlarut dalam plasma darah) yaitu antibodi yang diproduksi sel B (CD8) dan sistem seluler diperankan oleh sel T (CD4). Secara sederhana anggaplah sistem imunitas ini angkatan perang suatu negara sedangkan bakteri, virus dan mikroba lain sebagai penjajah. Ketika penjajah menginvasi negara (kuman masuk dalam tubuh) maka angkatan perang akan melawan penjajah tersebut. Akhir dari perang ini bergantung kondisi. Ketika angkatan perang lagi baik, maka penjajah kalah dan kondisi tubuh tetap sehat, begitu pula sebaliknya. Ada saatnya kuman diperkenalkan dalam bentuk dini dan kondisi lemah ke dalam tubuh untuk mempersiapkan sistem imun kita saat kuman tersebut menginfeksi. Proses pengenalan ini disebut dengan imunisasi (tidak akan dibahas sekarang).
Kembali ke infeksi HIV. Seperti yang disebutkan di atas, infeksi HIV akan menyerang sistem imun terutama sel CD4. Akibat infeksi ini adalah banyaknya sel CD4 yang rusak dan mati. Selain itu, infeksi HIV akan mengganggu fungsi imunitas lainnya. Menurunnya imunitas tubuh ini menyebabkan tubuh lebih mudah terserang penyakit infeksi lainnya. Sering sekali penyakit infeksi inilah yang menyebabkan kematian pada pasien HIV.
Penularan HIV
HIV ditularkan melalui cairan tubuh. Walaupun demikian, tidak semua cairan tubuh dapat menularkan HIV. Cairan tubuh yang menularlan HIV adalah darah (terutama), sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Berdasarkan hal ini, dapat diketahui 3 pola penularan HIV, yakni:
1. Melalui darah.
A) Penularan melalui darah disebabkan oleh transfusi darah dari orang yang terkena HIV.
Pada awalnya di beberapa daerah di Indonesia diketahui beberapa penderita HIV menerima transfusi darah yang berasal dari penderita HIV. Transfusi dari penderita HIV ini biasanya terjadi akibat transfusi langsung (walau praktek ini sudah jarang dilakukan, hanya ada di sinetron). Darah yang berasal dari pusat donor juga belum sepenuhnya dinyatakan bersih dari HIV atau penyakit lainnya misalnya hepatitis B. Hal ini disebabkan oleh kekurangan teknologi skrining yang ada dan mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk menskrining sekantong darah secara mendetail.
B) Penularan melalui darah disebabkan oleh penggunaan jarum suntik bergantian. Jarum suntik yang digunakan bergantian dengan penderita HIV akan menularkan HIV dari orang tersebut ke pemakai setelahnya. Kondisi ini bisa saja terjadi di pusat pelayanan kesehatan (walaupun kemungkinannya kecil karena di tempat tersebut jarang sekali penggunaan jarum berulang). Kondisi yang sangat memungkinkan adalah penggunaan jarum suntik pada pemakai narkoba suntik. Tempat lain yang harus kita waspadai adalah tempat tato dan pemasangan piercing.
2) Melalui sperma dan cairan vagina. Penularan ini terjadi akibat perilaku seksual yang tidak aman. Perilaku seksual baik heteroseksual (penularan HIV terbanyak) dan homoseksual. Perilaku seksual yang tidak aman adalah:
- berganti-ganti pasangan
- melakukan hubungan seksual dengan seks worker
- melakukan hubungan seksual tanpa pengaman (kondom)
3) Melalui air susu ibu. Penularan ini terjadi dari ibu yang menderita HIV kepada anaknya.
HIV tidak akan ditularkan melalui jabatan tangan, air liur, air keringat dan air seni ataupun kotoran penderita HIV. HIV juga tidak akan ditularkan oleh nyamuk. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan pengasingan kepada penderita HIV. Penggunaan alat makan bersama, berenang bersama, bersalaman dan bahkan digigit nyamuk yang sama pun tidak akan menularkan HIV. Pengasingan selain tidak akan mengubah keadaan juga akan memberatkan penderita HIV secara mental. Mereka juga membutuhkan dukungan untuk dapat terus melanjutkan hidup.
Terdapat empat tahapan infeksi HIV menjadi AIDS, yakni:
1. Masa jendela
Masa ini adalah masa dimana seseorang sudah terinfeksi HIV namun masih belum memiliki gejala. Pada masa ini juga belum dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah seseorang menderita HIV atau tidak. Masa ini bertahan 2 minggu - 6 bulan. Pada masa ini pasien bisa saja sudah memiliki gejala. Namun, gejala yang timbul adalah gejala seperti infeksi virus biasa, misalnya demam, lemas dan sebagainya.
2. Masa HIV tanpa gejala klinis
Dalam masa ini keberadaan virus HIV sudah dapat diperiksa dan infeksi HIV sudah dapat ditegakkan. Namun, pada masa ini pasien masih belum memiliki gejala apa pun dan masih merasa sehat. Sering sekali pasien tidak menyadark diri terinfeksi HIV dan tidak memeriksakan diri. Masa ini bisa cukup lama hingga 5 sampai 10 tahun.
3. Masa HIV dengan gejala
Pada masa ini sudah terjadi gejala. Seperti yang saya sebutkan di atas, HIV menyerang sistem imun sehingga gejala yang muncul adalah menurunnya fungsi imun. Penurunan fungsi imun ditandai dengan mudahnya seseorang terinfeksi kuman lainnya. Sehingga gejala yang timbul bermacam-macam tergantung infeksi oportunis (infeksi yang terjadi setelah infeksi HIV) yang terjadi mulai dari diare berkepanjangan, jamur pada kulit, batuk-batuk (tuberkulosis) atau pneumonia.
4. Masa AIDS
Pada masa ini penurunan fungsi imun yang terjadi semakin parah. Penyakit infeksi oportunistik semakin banyak dan parah. Sering sekali infeksi ini berujung pada kematian.
Apa yang dapat kita lakukan?
Ketika sudah terinfeksi HIV atau curiga terinfeksi HIV maka ketahuilah bahwa dengan pengobatan penderita dapat hidup panjang. Ketika anda curiga terinfeksi HIV, setelah perilakj yang tidak aman, segera hubungin dokter untuk dapat dilakukan pemeriksaan. Penting bagi anda untuk menghubungi dokter terlebih dahulu untuk mendapatkan konseling dan penjelasan interpretasi hasil nantinya. Ketika anda dinyatakan negatif, maka periksakan diri 3 bulan lagi untuk mendapatkan konfirmasi lagi (siapa tahu pada saat anda periksa pertama kali masih berada dalam tahap masa jendela). Ketika anda dinyatakan HIV positif maka segera konsultasikan ke dokter kapan anda memulai terapi ARV (anti retroviral). Terapi ARV tidak akan menghilangan virus HIV sepenuhnya, namun dapat menyebabkan orang tersebut hidup seperti orang normal.
Bagi anda yang belum terkena HIV, terdapat beberapa tips yang mudah-mudahan berguna:
A - ABSTINENCE
Tidak melalukan hubungan seksual, terutama bagi yang belum pernah melakukan seks.
B - BE FAITHFUL
Setia pada satu pasangan saja, jangan berganti pasangan, apalagi melakukan hubungan seksual yang tidak aman dengan orang lain terutama seks worker.
C - CONDOM
Menggunakan kondom terutama apabila pasangan diketahui menderita HIV, tidak diketahui status HIVnya, dan pasangan berisiko tinggi.
D - NO USE DRUGS
Tidak menggunakan narkoba. Sering sekali pengguna narkoba tidak secara sadar menggunakan jarum suntik bergantian.
E - EDUCATION
Persiapkan diri dengan pengetahuan yang benar, dan bagikan pengetahuan ini dengan orang lain di sekitar.
HIV sampai sekarang masih menjadi ketakutan terbesar dunia. Angka penderita HIV bukannya semakin menurun namun masih meningkat. Pengetahuan yang benar tentang HIV akan membantu menyelamatkan kita dari penyakit ini. Mari, bantu sesama untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai HIV. Dengan demikian, anda membantu mencegah penularan HIV.