Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Hashima Project, Horor Thailand Berbau Jepang

10 Januari 2014   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:58 2882 1
Jaman sekarang, dengan kecanggihan teknologi, manusia sukar untuk memercayai hal-hal bersifat supranatural. Itulah juga yang dirasakan sekelompok pemuda-pemudi Thai. Walau tidak percaya, mereka malah begitu hobi membuat beberapa video bersifat horor - yang ditayangkan di Youtube. Kesuksesan itulah yang membuat mereka didekati sebuah studio produksi kenamaan. Studio itu menawarkan mereka sebuah project: mereka harus bikin video di sebuah lokasi yang sudah lama dikenal angker, Pulau Hashima dekat kota Nagasaki. Jika video buatan mereka bagus, itu akan ditayangkan di televisi. Bayangan ketenaran mulai menyelimuti mereka. Tanpa ragu, mereka terima tawaran dan berangkat ke Jepang - menuju kota Nagasaki. Sebetulnya juga, saat masih di hotel, salah satu dari mereka - bernama Aof - sudah mulai merasakan gelagat tidak beres. Aof beberapa kali mendapatkan firasat-firasat tak enak. Salah satunya, bertemu arwah seorang perempuan bernama Maiko. Tapi namanya anak muda, firasat hanya firasat. Terlebih lagi, ia tak memercayai hal-hal bersifat natural. Segala firasat tak enak itu ditinggalkannya. Dan mereka semua berangkat dengan penuh percaya diri menuju Pulau Hashima. Pulau Hashima itu merupakan pulau mati. Tak ada siapa pun yang tinggal di sana. Hanya  berisi puing-puing bangunan tua yang tak terawat. Selama di sana, pemandu mereka, Sato-san, sudah memperingatkan agar tidak mengambil gambar di dalam gedung. Cukup dari luar gedung saja. Namun mereka memang bandel. Mereka masuk ke dalam salah satu bangunan tua untuk dijelajahi. Parahnya lagi, di dalam, mereka anggap remeh. Mereka melakukan banyak hal yang seharusnya tak dilakukan. Seperti Aof yang iseng menuliskan namanya dan kedua temannya di daftar nama orang yang sudah mati. Plus ia juga memecahkan guci berisi abu Miko, lalu mencuri cincin pertunangannya. Hal itu merupakan kesalahan fatal. Bisa dibilang, dari sanalah cerita horornya mulai bermain. Setelah guci itu pecah dan mata Aof serta kawan-kawannya kemasukan abu, mereka semua bisa melihat hantu. Banyak pengalaman gaib sudah mereka alami. Salah satunya, mendadak bangunan itu mengalami gempa hebat yang memaksa mereka keluar. Namun mereka puas, karena sudah mengabadikan beberapa momen penting. Bayangan ketenaran makin menjadi-jadi dalam pikiran mereka. Sayangnya, sekembalinya di Thailand, kejadian-kejadian gaib tetap terus mengikuti mereka. Terlebih untuk Aof, Dok, dan Nan. Yang terparah itu dialami oleh Aof. Bahkan Aof sendiri ternyata tak sadar bahwa dirinya sebetulnya sudah meninggal. Lokasi kematiannya itu berada di Pulau Hashima sendiri. Sebagai film horor, Hashima Project ini bisa dibilang cukup sukses. Sukses bikin merinding para penonton lewat permainan efek suara dan visualnya. Akting para pemain juga terbilang lumayan. Namun sayangnya alur ceritanya agak sedikit mengecewakan. Bahkan ada beberapa transisi yang tak berjalan mulus. Ada pula bagian yang membingungkan. Itu seperti saat Aof bertengkar dengan Nan; atau saat Nan digagahi oleh rival Aof yang berniat menagih utang. Selain itu, masih ditemukan cukup banyak efek suara berlebih. Bahkan ada juga efek visual berupa penampakan hantu di tengah-tengah cerita - dan itu tak berhubungan ke alur cerita. Mungkin sang sutradara, Piyapan Choopetch, berniat memberikan sebuah twist. Eh tapi malah jadi kegagalan epik. Malah terkesan aneh. Selain hal-hal tersebut, entah kenapa film horor ini tak berasa Thailand sama sekali. Lebih terasa sebagai horor Jepang. Selain makhluk-makhluk astralnya yang lebih mirip makhluk astral Jepang, ciri khas Jepang dalam membuat film horor sangat terasa. Penampakan-penampakannya itu hanya setengah badan dan lebih banyak muncul permainan tangan dari makhluk halus ke tubuh korbannya (baca: manusia). Film ini sendiri mungkin merupakan salah satu bentuk kerjasama Jepang-Thailand. Tapi tidak seharusnya menghilangkan unsur esensial yang sudah lama akrab dengan film horornya. Amat jarang ditemukan penampakan makhluk halus yang seluruh tubuh. Sungguh lebih terasa sebagai horor Jepang. Namun sebagai film horor, Hashima Project yang rilis pada 31 Oktober ini perlu ditonton. Lupakan saja alurnya yang membingungkan. Kalian hanya perlu menikmati saat-saat bulu kuduk dibuat berdiri karena permainan efek suara dan visualnya. Nikmati juga twist demi twist yang nyaris selalu ditemukan. Sepertinya Hashima Project ini merupakan film horor yang tak terlalu mementingkan cerita. Yang penting penonton sudah puas - hormon adrenalinnya dipacu sedemikian hebat, itu sudah cukup. RATE 85,5

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun