Karena berstatus S-3, dipastikan tidak "makan" bangku kuliahan seperti yang memang punya gelar atau titel sungguhan (bukan dari beli). Makanya saya sering bingung jika lihat titel di depan maupun di belakang yang berderet mengikuti nama seseorang. Saya pikir orang ini umurnya pasti sebagian besar dihabiskan hanya untuk meraih dan mengoleksi titel atau gelar tersebut.
Tak jarang juga suka bingung (bingung kok suka, hehe....) bila lihat ada yang punya titel, misalnya; Drs Fulan, MH. Saya pikir kok bisa seorang Sarjana Non Hukum dapat titel Sarjana Master di bidang hukum. Mestinya kalau pikir saya yang awam ini, seseorang baru bisa dapat gelar Master Hukum setelah terlebih dulu menyelesaikan Strata 1 di bidang hukum dan mendapat titel SH (Sarjana Hukum).
Ada pula yang saya ketahui; Fulan, SE, MH, atau Fulan Sarjana Ekonomi, Master Hukum. Titel Strata 1 di bidang Ekonomi, lalu Strata 2 di bidang Hukum. Lalu dimana dasar untuk bisa meraih gelar Master Hukum tanpa didahului oleh Sarjana Hukum ? Mestinya yang cocok dan klop tentu saja si Fulan itu menyandang gelar seperti ini; Fulan, SE, MBA, atau Fulan Sarjana Ekonomi, Master of Business Administration.
Bingung, membingungkan bila gelar seperti itu. Sama halnya jika seseorang tanpa pernah duduk di Sekolah Dasar (SD) tapi bisa dapat Ijazah SMA (Sekolah Menengah tingkat Atas). Atau tak pernah bersekolah di SD tapi bisa punya ijazah SMP (Sekolah Menengah tingkat Pertama). Atau mungkin seperti sekolah paket-paketan; SD (Paket A), SMP (Paket B), SMA (Paket C), lalu dilanjutkan Strata 1 (Paket D), Strata 2 (Paket E), Strata 3 atau Doktoral (Paket F), kemudian ambil paket lagi; Paket G untuk Profesor ?
Tambah bingung, ini sekolah atau hanya kejar-kejar paket, atau kejar paket-paketan ?