Kalimat tersebut saya tujukan kepada para Kucing Garong yang tentu saja bukan termasuk dalam golongan para moralis. Selain itu saya teringat sebuah kejadian yang terjadi puluhan tahun lalu di daerah saya.
Kronologis kejadiannya adalah; seorang PSK yang menjadi salah seorang penghuni lokasi prostitusi ilegal di daerah saya, sebut saja namanya Kamboja, ingin pergi ke ibukota kabupaten yang dari tempat tinggal Kamboja dipisahkan oleh selat laut.
Untuk mencapai ibukota kabupaten tersebut, Kamboja mesti naik alat transportasi laut berupa perahu motor maupun perahu cepat (speedboat).
Karena ada keperluan yang mendesak yang akan diurus di ibukota kabupaten, Kamboja memutuskan menyewa (bahasa hebatnya charter) sebuah speedboat. Tak ada pikiran lainnya di benak Kamboja yang berperawakan lumayan seksi dan paras cukup cantik, yang dipikirkan Kamboja adalah ia cepat tiba di ibukota kabupaten. Maka yang ada didalam speedboat yang akan menuju ibukota kabupaten adalah; Kamboja dan operator speedboat itu sendiri, sebut saja Jaka.
Perjalanan ke ibukota kabupaten akan ditempuh selama sekitar tiga seperempat jam jika cuaca cerah dan ombak tenang.
Ongkos menyeberang ke ibukota kabupaten dibayar di muka oleh Kamboja, karena operator perlu membayar semacam kontribusi kepada asosiasi transportasi.
Speedboat pun melaju meninggalkan dermaga.
Rupanya sejak melihat penampilan Kamboja, Jaka sudah dihinggapi pikiran mesum dan sejenisnya.
Dalam perjalanan mengarungi selat laut itu, tak ada pembicaraan antara Kamboja yang sedang asyik menikmati pemandangan laut. Sedangkan Jaka pun tampak konsentrasi memandang ke depan sambil memutar setiran ke kanan kiri. Andai mereka berbicara satu sama lain pun, kalah dengan bunyi gemuruh mesin.
Namun tiba-tiba di tengah perjalanan, di sekitar sebuah pulau yang tak berpenghuni, mesin mati mendadak, speedboat pun jalan pelan tanpa tenaga mesin.
Jaka bangkit dari duduknya, berjalan ke arah mesin, memeriksanya sambil mengutak atik bagian mesin serta mencoba menghidupkan mesin beberapa kali. Setelah beberapa saat Jaka berusaha, mesin speedboat tetap tak bisa dihidupkan.
Kamboja pun cemas, apalagi melihat tampang Jaka yang lumayan sangar dengan tatapan mata beringas ke arah Kamboja.
"Mesinnya tak bisa dihidupkan, kita tunggu saja kalau-kalau ada speedboat lain yang melintas disini," ujar Jaka sambil mendekati Kamboja.
Untunglah ombak saat itu tak terlalu besar dan cuaca cukup cerah.
Kekhawatiran Kamboja pun akhirnya terbukti. Jaka yang sudah duduk dekat Kamboja mulai berani memegang bagian tubuh Kamboja.
Walau Kamboja berusaha menepis tangan Jaka, serta berpindah duduk, Jaka justru tambah lebih berani. Jaka tidak lagi hanya memegang bagian tubuh Kamboja, ia memeluk Kamboja dan berusaha mencium. Kamboja meronta, tapi apa daya seorang perempuan, apalagi sedang berada di laut, jauh dari siapapun yang dimintai pertolongan, ditambah bisikan Jaka ke telinga Kamboja, "kalau kamu tak mau melayani aku, akan kuceburkan ke laut."
Nyali Kamboja mendadak ciut, ia menyadari tak bisa berenang. Sambil menutupi bagian tubuhnya yang terlarang , otak Kamboja berputar mencari akal agar ia tetap selamat tiba di ibukota kabupaten meski urusannya tertunda. Akhirnya Kamboja pun pasrah membiarkan tubuhnya diacak-acak oleh Jaka yang tampaknya sudah tak bisa mengendalikan nafsu syahwatnya.
Kamboja hanya bisa mengeluh, dan merapikan pakaiannya seusai Jaka menggagahinya.
"Saya tahu kamu itu lonte, tidak usah sok alim," cetus Jaka setelah usai menyalurkan hasratnya.
Kata-kata Jaka itu laksana busur panah yang melesat menusuk jantung Kamboja. Terasa sangat sakit dan perih perasaan Kamboja, ia hanya diam sambil berurai air mata dengan isak yang tertahan.
Jaka yang telah merasa puas dengan ulahnya, kembali memeriksa mesin speedboat. Tak berapa lama diutak-atik mesin hidup. Mereka kembali melanjutkan perjalanan.
Selama dalam melanjutkan perjalanan, pikiran Kamboja berkecamuk; memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa membalas perbuatan Jaka atas dirinya.
Tak sampai setengah jam kemudian speedboat yang ditumpangi Kamboja pun merapat di dermaga di ibukota kabupaten. Tanpa menoleh kanan kiri Kamboja melangkah turun dari speedboat, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Kamboja.
Meski perasaan Kamboja kesal campur aduk dengan marah, benci dan sebagainya, ia tetap melangkah dengan wajar, tatapannya tetap lurus ke depan.
Belasan meter dari dermaga mata Kamboja menampak tulisan di papan nama "Pos Unit Kepolisian Pengamanan Perairan dan Pantai".
Deg, dada Kamboja berdegup kencang setelah membaca tulisan tersebut. Dengan keyakinan penuh Kamboja melangkahkan kakinya menuju Pis Polisi itu. Inilah saatnya pikir Kamboja untuk membalas perlakuan Jaka.
Di Pos Polisi Kamboja mengungkapkan kejadian yang baru menimpanya ke salah seorang petugas, resminya ia melapor. Setelah mendengar penuturan dan menerima lapiran Kamboja, petugas itu menghubungi salah seorang rekannya melalui radio panggil. Ia meminta didatangkan seorang paramedis wanita untuk memeriksa Kamboja.
Singkatnya hasil pemeriksaan Paramedis menyatakan terdapat bekas sperma pria di kemaluan Kamboja. Petugas pun mencari Jaka di dermaga, kebetulan orang yang dicari belum berangkat karena menunggu penumpang. Petugas menangkap dan menggelandang Jaka ke Pos Polisi, selanjutnya menyerahkannya ke pihak Polres setempat guna penyidikan lebih lanjut.
Pada fakta persidangan terungkap keterangan Kamboja, andai saja Jaka nembayarnya usai menggagahinya, maka ia tak memperkarakannya.
Putusan akhir persidangan, Hakim memvonis jaka dengan hukuman penjara selama 4 tahun karena secara meyakinkan melanggar Pasal 285 KUHP.
Nah lho, si Jaka kena batunya, karena ingin enak tapi gratisan. Mestinya si Jaka ini pacaran saja, dengan modal kata-kata cinta saja (kemungkinan) bisa dapat enak, karena kalau main PSK pasti harus merogoh kocek.