Bertanah air satu, tanah air Indonesia,
Berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan
Berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Itulah bunyi dari "sumpah pemuda" yang diikrarkan oleh sejumlah pemuda yang "mengaku" mewakili pemuda-pemudi dari berbagai daerah di "Hindia Belanda" pada 28 Oktober 1928 silam. Dan dengan susah payah pula bunyi "sumpah" itu saya cari dan temukan, karena ternyata pada waktu Sumpah Pemuda diikrarkan, tak terdapat wakil dari "Jong Borneo/Kalimantan", daerah dimana saya lahir, dibesarkan dan bertanah air.
Saya tergelitik menulis ini setelah menyaksikan tayangan Metro TV pagi ini yang menayangkan terkait Sumpah Pemuda.
Dan ternyata dari beberapa pemuda pemudi yang ditanya oleh Reporter Metro TV tentang bunyi sumpah itu, banyak yang tidak hafal bila tak ingin disebut memang mereka tak pernah tahu, atau tragisnya tak mau tahu.
Ironisnnya pula saat menjelang peringatan Sumpah Pemuda, di Papua terjadi gejolak yang mengarah ke gerakan separatis, yang tentu saja tak sesuai dengan salah satu bunyi dari item Sumpah Pemuda.
Kemudian juga yang dirasakan "mencederai" item Sumpah Pemuda adalah, banyak orang di negeri ini yang sudah tak bangga lagi berbahasa Indonesia, buktinya mereka justru bangga berbahasa dengan bahasa yang campur aduk dengan kata-kata yang tak ditemukan dalam bahasa Indonesia yang baku.
Sudahlah, saya sendiri mungkin juga termasuk salah seorang yang tak begitu peduli dengan isi Sumpah Pemuda. Saya justru bangga kemana-mana mengaku sebagai "orang Borneo/Kalimantan" daripada memperkenalkan diri sebagai "orang Indonesia", dan ini tak menutup kemungkinan dilakukan oleh mereka dari daerah lain.
Apalagi seperti diketahui, beberapa daerah di Indonesia terdapat yang berbatasan langsung dengan negara lain, atau sebut saja satu tanah beda negara, antara lain; pulau Borneo/Kalimantan yang dimiliki 3 negara (Indonesia, Malaysia dan Brunei), pulau Papua yang dimiliki 2 negara (Indonesia dan Papua New Guinea)n dan pulau Timor yang milik 2 negara (Indonesia dan Timor Leste).
Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda bagi yang merayakan dan memperingatinya. Selamat bernostalgia bagi "jong-jong" yang masih hidup yang ikut mencetuskan Sumpah Pemuda, atau bagi para keturunannya yang turut berbangga hati.