Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Simbol Status Itu Bernama Hummer

22 Juli 2011   02:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:29 498 0

Seseorang yang mengendarai mobil selalu diasumsikan sebagai orang sukses, apalagi mobil yang dikenderainya merupakan mobil yang tergolong mewah.

Bagi sebagian orang dari kalangan yang mampu, mobil merupakan simbol status. Sehingga jangan heran ada seseorang yang memiliki banyak mobil dari berbagai merk, atau gonta ganti mobil dari yang sudah dianggap ketinggalan dengan yang baru keluar.

Di daerah saya, dimana banyak terdapat puluhan tambang batubara dan bijih besi dengan para pengusahanya, sudah tak aneh bila setiap hari melihat mobil-mobil mewah dari berbagai merk berseliweran di jalan umum.

Mobil-mobil mewah atau tergolong mewah itu setahu saya harganya dari yang setengah milyar lebih hingga milyaran keatas. Yang lebih gila lagi, mobil-mobil tersebut tak jarang masuk kedalam kota dengan kondisi yang dipenuhi lumpur, karena dibawa ke lokasi tambang.

Ada sebuah tren baru tanpaknya di kalangan para pengusaha di daerahku terkait mobil sebagai simbol status ini. Para pengusaha yang merasa usahanya lumayan sukses, kini cenderung memilih membeli mobil merk HUMMER. Agaknya mereka ini sudah mulai bosan memakai mobil produksi Jepang yang sekian lama mendominasi.

Mobil berbadan bongsor ini sangat diminati oleh para pengusaha bidang pertambangan di daerahku. Pertimbangan mereka kemungkinan selain bisa dipakai untuk mejeng, juga sekalian bisa dibawa masuk ke lokasi tambang yang medannya ekstrem berada didalam hutan. Bahkan Bupati kami yang berlatar belakang seorang pengusaha, juga mengenderai mobil HUMMER milik pribadinya selain mobil dinasnya yang harganya tak kalah dari HUMMER.

Namun sayangnya meski di daerahku berseliweran banyak mobil mewah, justru kesenjangan ekonomi tampak terlihat jelas. Masih banyak warga yang tak memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap. Kalaupun warga setempat ikut bekerja mencari nafkah di banyak perusahaan tambang, mereka tak lebih dari buruh dengan gaji kecil yang hanya cukup untuk memenuhi keperluan primer. Inilah sebuah ilustrasi dari sebuah daerah kaya sumber daya alam tapi warganya tetap miskin dan kekurangan, yang kaya justru mereka yang berlabel pemodal atau pengusaha.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun