Setelah berakhirnya dominasi usaha bidang perkayuan di wilayah Propinsi Kalimantan Selatan menjelang pergantian milenium, bidang usaha baru muncul dan kemudian menjadi booming hingga kini.
Wilayah Kalimantan Selatan yang merupakan wilayah propinsi terkecil dibandingkan 3 saudara propinsi lainnya namun tak kalah menyimpan SDA yang cukup banyak, terutama batubara, bijih besi, emas, intan, dan minyak bumi.
Tahap awal eksploitasi bidang pertambangan batubara di wilayah Kalimantan Selatan dilakukan oleh para pemegang PKP2B (Perjanjian Kontrak Penambangan Batubara), yakni PT. Adaro Envirocoal dan PT. Arutmin Indonesia.
Para pengusaha daerah (lokal) yang sudah mulai kesulitan menemukan bahan baku untuk industri perkayuan pun melirik sektor pertambangan batubara yang hanya dinikmati oleh segelintir perusahaan besar. Apalagi lokasi hutan yang menyimpan berbagai jenis kayu sudah sangat menipis.
Era penambangan batubara tanpa ijin (PETI) atau illegal mining pun mulai marak di akhir paruh tahun 1990-an. Di era ini banyak yang mengadu peruntungan di bidang pertambangan batubara, tidak saja para penguasaha yang memang bermodal, tapi juga warga biasa yang hanya modal dengkul dan keberanian.
Premanisme pun tumbuh pesat seiring dengan marak dan booming aktivitas pertambangan tersebut. Mereka yang tak memiliki modal usaha berupa uang dan aset, terjun ke bisnis batubara dengan keberanian pasang badan hingga menyabung nyawa.
Para preman menjadi bagian penting dari aktivitas penambangan batubara kala itu. Mereka ini bertugas mengamankan lokasi dan kegiatan penambangan dari para pengganggu; saingan bisnis, pemilik lahan, hingga dari sorotan mass media.
Salah seorang dari sekian banyak warga lokal yang ikut terjun ke aktivitas bidang penambangan batubara, kini namanya sangat dikenal di wilayah Kalimantan Selatan bahkan keluar daerah, adalah H. Andi Syamsuddin Arsyad atau lebih dikenal dengan panggilan H. Isam.
Menurut banyak warga yang kenal dekat dengan H. Isam di Batulicin (ibukota Kabupaten Tanah Bumbu) dimana H. Isam bertempat tinggal, pria berperawakan agak gemuk ini bukanlah berasal dari keluarga yang berlatar belakang pengusaha. H. Isam pemilik beberapa perusahaan diantaranya PT. Jhonlin Baratama, PT. Jhonlin Air Transport, dan PT. Jhonlin Marine and Shipping ini, terjun ke bisnis batubara nyaris dengan hanya modal dengkul.
Warga Batulicin dulunya mengenal H. Isam adalah seorang pekerja bidang perkayuan; tukang tebang, buruh muat, sopir angkutan kayu, hingga pekerjaan jadi tukang ojek pun sempat dilakukannya.
Menurut banyak sumber, awal mula H. Isam terjun ke aktivitas penambangan batubara ikut sebagai salah seorang karyawan di sebuah perusahaan milik seorang pengusaha keturunan asal Surabaya. Di perusahaan inilah yang mengenalkan H. Isam tentang seluk belum bisnis dan penambangan batubara. Sehingga dengan sudah mengenal berbagai seluk beluk serta koneksi dan relasi di bisnis batubara inilah yang mendorong H. Isam kemudian memutuskan keluar dari perusahaan tempatnya bekerja, dan bekerja sendiri dengan modal pengetahuannya itu.
Kini H. Isam tak hanya dikenal di kawasan Kabupaten Tanah Bumbu, tapi di Kalimantan Selatan, bahkan diluar daerah. Para pengusaha pemain batubara di Indonesia bukan mustahil dipastikan mengenal sosok H. Isam yang saat ini berusia 34 tahun.
Menurut Majalah Tempo Online edisi 14 Juni 2010, H. Isam digambarkan sebagai sosok yang nyaris tak tersentuh hukum dalam bisnis tambang. “Di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Haji Andi Syamsudin Arsyad, 33 tahun, adalah sosok yang nyaris tak tersentuh. Hampir semua pengusaha batu bara menyebut namanya dengan hati-hati-sebagian karena takut, yang lain karena segan.” (sumber : Majalah Tempo Online)
Masa lalu H. Isam kini hanya sedikit orang yang mengetahui dan mengenangnya. H. Isam bukan lagi H. Isam yang dulu susah payah mencari uang. Ia kini boleh jadi dikatakan sosok yang sangat berpengaruh di Tanah Bumbu maupun di Kalimantan Selatan. Dengan kekayaannya, pengaruhnya, serta konon kedekatannya dengan banyak petinggi negeri ini di Jakarta, membuat H. Isam sebagai sosok yang Zero to Hero.
Meski H. Isam bertempat tinggal di Batulicin yang berjarak hampir 350 kilometer dari Kota Banjarmasin, tak ada kendala transportasi bagi seorang H. Isam. Ia memiliki beberapa pesawat terbang yang menjadi milik PT. Jhonlin Air Transport. Ia juga memiliki helikopter serta armada angkutan untuk di laut.
H. Isam, engkau benar-benar beruntung, nasib keberuntunganmu kini banyak diimpikan oleh para pekerja tambang.