Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Telaah Para Setan Terhadap Video ARB

27 Maret 2014   01:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:25 343 1
Pagi ini di kantor Pusat Evaluasi Data dan Informasi Setan (PEDIS) yang berlokasi di sebuah pohon besar, mirip logo salah satu partai politik manusia, sudah berkumpul beberapa pejabat penting PEDIS. Hari ini mereka akan membahas berbagai isu penting tentang politik yang sedang marak di sebuah negeri yang sedang menghadapi Pemilu; Indonesia.

Kusifer, selaku Petinggi PEDIS sudah mengambil tempat duduk menghadapi para bawahannya. Tampak hadir Kepala Divisi Informasi Politik PEDIS, Idazil yang sudah menghidupi gadgetnya merk salah satu vendor terkenal di negeri Setan, namanya Wevil (singkatan dari we're evil). Idazil tampaknya sudah siap dengan berbagai data yang akan dikemukakannya pada meeting hari ini.

Selain Idazil, juga hadir Kepala Divisi Informasi Intelijen PEDIS, Afrit yang juga sudah membuka gadgetnya yang bermerk sama. Para Setan ini sangat fanatik dalam hal penggunaan gadget, mereka dengan semangat nasionalime yang tinggi, hanya menggunakan satu merk produk dari vendor Wevil, beda sekali dengan manusia.

Beberapa Kepala Divisi PEDIS lainnya yang juga hadir antara lain; Fajjal (turunan Dajjal), Baracula (jelmaan Barakuda dan Dracula), Palampire (setengah Palasik separo Vampire), dan Jeaniver Funk, Jin wanita bergaya funky pengikut setia Kusifer.

"Selamat pagi semua, salam sejahtera. Untuk mempersingkat waktu, meeting ini saya buka," Kusifer menggebrak meja tiga kali sebagai tanda meeting dimulai.

"Silakan siapa yang ingin terlebih dulu menyampaikan materi, kemudian kita bahas bersama-sama," lanjut Kusifer yang lalu memerintahkan seorang Ajudannya untuk menghidupkan layar monitor.
Sementara itu beberapa kru dan teknisi sedang sibuk mempersiapkan peralatan IT guna menyiarkan meeting secara live ke seluruh jaringan radio dan telepisi Setan ke seluruh negeri.

Pemateri pertama yang menyampaikan hasil kerjanya adalah Idazil dari Divisi Informasi Intelijen. Idazil menyampaikan temuannya terkait adanya dugaan skandal pelesiran seorang Pejabat Indonesia. Dalam laporannya Idazil menyebut adanya temuan video berdurasi pendek yang diunggah ke situs Youtube. Video tersebut memperlihatkan didalam pesawat beberapa orang diantaranya seorang selebriti Indonesia, Marcela Zalianty bersama Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB) atau biasa dipanggil Ical. Menurut video tersebut mereka sedang pelesiran ke sebuah pulau bernama Maldive (Maladewa) yang berlokasi di Samudera Hindia. Pulau tersebut biasa dikunjungi oleh para pasangan kaum The Have untuk berbulan madu.

"Terima kasih atas laporannya. Silakan yang ingin duluan menyampaikan tanggapannya," Kusifer memberikan waktu pembahasan.

"Menurut saya video tersebut disebarkan oleh orang dekat ARB yang sengaja ingin menghancurkan reputasinya," tanggap Idazil.

"Tapi ARB itu reputasinya memang sudah rusak sejak tragedi Lumpur Lapindo," seru Afrit.

"Penyebaran video ARB jelas merupakan black campaign !" seru Fajjal tak kalah bersemangat.

"Belum tentu ! Belum tentu black campaign !" Jeaniver Funk berdiri sambil angkat telunjuk.

Suasana meeting tampak sudah mulai memanas. Kusifer menggebrak mejanya beberapa kali untuk menenangkan suasana.
"Berdebat boleh, tapi jangan dengan batok panas !" seru Kusifer.

"Betul kata Jeaniver Funk. Belum tentu penyebaran video ARB itu sebuah bentuk black campaign. Karena jika si penyebar video itu bukan politisi, juga bukan sebagai Caleg apalagi Capres, dia hanya warga biasa, maka tak bisa dituduh sebagai pelaku black campaign," Baracula panjang lebar menyampaikan pendapatnya sambil terus melirik ke Jeaniver Funk.

"Terus apa maksudnya menyebar video tersebut melalui situs Youtube ?" tanya Palampire.

"Bisa saja si penyebar video itu memang orang yang tidak suka ARB sebagai seorang pengusaha, bukan sebagai politikus," sahut Idazil.

"Bisa saja si penyebar video bukan dari kalangan politikus maupun saingan ARB, tapi orang biasa yang sengaja dibayar oleh seseorang yang punya kepentingan akan kejatuhan ARB," sengit Fajjal tak bisa menahan emosinya.

"Sudahlah, ARB itu biar tidak dibikin target black campaign tetap juga reputasinya sudah kurang baik," Afrit tetap memojokkan ARB.

Karena dirasa meeting sudah cukup dengan beberapa laporan dan pendapat, saatnya Kusifer mengambil kesimpulan.
"Setelah saya telaah dari semua laporan berikut tanggapan peserta meeting, saya menyimpulkan kasus video ARB itu sama sekali bukan kategori black campaign, tapi memang sudah selayaknya kasus seperti itu deketahui oleh publik manusia. Dan bilamana perlu kita para Setan ini tetap intens mendorong kasus tersebut terus tersebar sambil memprovokasi mereka agar memunculkan video-video kasus yang baru," kesimpulan Kusifer sekaligus imbauan kepada para bawahannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun