Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Puisi-puisi EMI Suyanti

10 April 2013   14:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:25 213 1
Gerimis

Gerimis adalah perbincangan yang romantis, saat kenangan menggenang di sudut pelipis, jingga hilang perlahan terkikis, hujan telah datang menyaru dalam tangis,

Jakarta, 31 Maret 2013

Jangan kau tanya

Jangan kau tanyakan
Hal yang tak musti ku jawab
Sebab rasa tak pernah tahu
Kapan datang, pulang lalu pergi
Serupa jailangkung
Datang tak di undang
Pulang tak di antar
Bukan serupa petisi
atau petinggi yang lupa janji
Aku masih dengan sunyi
Yang tak ingkar janji
Hingga nafas ini tak lagi kau dengar

Jakarta, 31 Maret 2013

Gerimis bulan Maret

Mungkin gerimis Maret telah berjeda
Atau jangan-jangan musim sudah berganti
Kemarau mulai memanggil-manggil
Melambai-lambai menahan hujan
Nyanyian semesta mengalun sendu sedan
Penghujung Maret menjadi sebuah pertanda
Musim panas telah tiba
Siapkan saja pendingin jiwa
Jika dada semakin sesak berhimpitan
Ranum jingga sudah pasti lupa
Karena senja tak kan pergi terburu-buru
Ingatkan aku saat itu
Kan kupinjam bahumu

Jakarta, 31 Maret 2013

Serpihan hati

Serpihan hati terkoyak di antara terjal bebatu
Ini bukan lagi mimpi jika luka nganga mengais debu
Tulus itu tak kan terlihat olehmu atau mereka
Adanya dalam benak di pangkal dada
Suatu waktu lajunya langkahku
Akan menyatukan puing-puing beku
Bukan satu atau dua bahkan semua
Harapan itu ada tak akan sirna selama aku bernyawa

Jakarta, 31 Maret 2013

Tekadku

Tekadku sanggup mengisi
serupa aliran kali
menyanggupi anak sungai.
tak akan kekeringan,
selama sumber terus memancar
menuai pasang surut itu hal yang wajar

Jika air terus mengalir mencari muara
LautNya itu pertemuan terakhir
Hulu atau hilir hanya perantara
Mana yang akan lebih cepat sampai
Aku, kamu, dia atau mereka
Atau kita sampai bersama-sama?

Jakarta, 31 Maret 2013

Pertanda

Meja kayu pojok beranda mengajak bercanda,
mengapa rambut putih telah singgah di kepalaku?
Ah, ini kan tak bisa ku cegah,
Kau dan aku juga pasti ada
Hanya waktunya saja yang tak sama
Bisa saja aku lebih dulu
Atau malah kau yang sudah lebih awal
Itu bukan lelucon kawan
Ini pertanda kita dewasa
menjadi penengah, pemimpin,
atau pendorong dari belakang
Ingat Tuan dan Puan
Kau dan aku beda waktu saja

Jakarta, 31 Maret 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun