Pernahkah anda berpikir ketika pertanyaan itu Anda sampaikan kepada perempuan yang pernah mengalami keguguran. Bagaimana perasaannya kalau itu Anda tanyakan, bukankah itu hanya akan mengungkit luka fisik dan batinnya? Atau bagaimana jika anda menanyakan itu ternyata kepada pasangan yang harus menguras tabungannya untuk menjalani aneka pemeriksaan terkait kesuburannya? Lebih parah lagi, bagaimana jika pertanyaan itu justru Anda sampaikan kepada perempuan yang ternyata sudah bercerai dari pasangannya? Tidakkah anda berpikir bahwa pertanyaan sederhana itu ternyata tidak sesederhana bayangan Anda.