Bagi sebagian penduduk perkampungan,ada yang memanfaatkan tanahnya untuk menanam beberapa pohon kopi di tanahnya yang tidak begitu luas.Mereka memanen sendiri dan mengolah sendiri yang kemudian untuk dinikmati,dan sebagian dibagikan kepada para tetangga terdekat.Tentunya juga merupakan persediaan jika ada tamu yang datang,sebagai suguhan favorit.
Tapi pada umumnya,masyarakat lebih suka nyambangi warung-warung kopi.Penjualnya pada umumnya,orang yang sudah tua.Katanya,orang tua kalau bikin kopi,racikannya bisa pas dan enak.Mungkin karena sudah berpengalaman.Meskipun keberadaan warung sangat sederhana dan panci yang dipergunakan untuk merebus air jauh dari kesan mewah,yang penting rasanya dan kebersamaan antara penjual dan para pembeli.
Warung kopi biasanya tidak hanya menyajikan kopi saja,tapi disajikan juga makanan tradisional sebagai pelengkap nyruput secangkir kopi,yaitu pisang goreng,ubi goreng dan ketela goreng.Mereka menyeruput kopi diselingi mengunyah makanan,sambil bercerita kesana-kemari yang sesekali diselipi tertawa bersama.Hmm....bahagianya dengan kebersamaan.Tali persaudaraan sepertinya erat sekali.
Seiring dengan berjalannya waktu,para pembidik pangsa pasar tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan untuk memproduksi kopi dengan mengalokasikan dana yang tidak sedikit.Advertising dengan kepiawaiannya membuat iklan adalah satu-satunya kendaraan yang bisa dipergunakan untuk menjalankan promosi yang bisa merambah ke pelosok-pelosok daerah.Kopi disajikan dengan kemasan yang menarik disertai redaksi dalam mengolah kata untuk menjadi lebih menarik lagi.Sedangkan model yang ditampilkan adalah publik figur dengan suara emasnya melantunkan jingle tersebut.Sehingga pemirsa selalu ingat,kopi apakah yang diiklankan oleh idolanya itu?
Aku sendiri merupakan salah satu penikmat kopi.Meskipun satu hari hanya menghabiskan satu cangkir dan kadang-kadang dua cangkir,rasanya ada yang ganjil jika dalam satu hari saja tidak nyruput kopi.Kopi bisa menenangkan.Di saat aku menulis lyric lagu sambil memegang gitar,kopi tidak pernah absen bertengger dihadapanku.Dengan kopi,bisa mendorong ruang gerak otak dalam berimajinasi untuk mendapatkan inspirasi.
Dengan membudayanya kopi (anggap saja membudaya...hehehe),para pengusaha kuliner kelas menengah,bahkan kelas atas, merasa tertarik dan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membuka cafe yang menyajikan minuman bercorak hitam itu.Dengan berbagai racikan yang diberi nama beserta cita rasa dan aroma,disajikan untuk memuaskan para penikmat kopi yang berkunjung di cafe miliknya.Cafe merupakan tongkrongan orang-orang kelas menengah keatas.Dan tentunya tongkrongan anak-anak muda yang keren-keren.Belum bisa dikataka keren kalau belum menikmati kopi di cafe.Menikmati kopi di cafe sudah dianggap lifestyle.Namun.terlepas merupakan lifestyle atau tidak,yang jelas dan yang pasti minum kopi bersama identik dengan keakrapan dalam bersosialisasi.
Bicara tetntang kopi memang tak ada habisnya.Sehingga Dewi Lestari mengangkat ke dalam sebuah novel yang berjudul,Filosofi Kopi.Novel yang sarat dengan makna tersebut,kemudian diangkat dalam sebuah film layar lebar.FilmĀ Filosofi Kopi berhasil masuk dalam festival film berskala internasional yang diselenggarakan di Prancis tahun 2015 ini.Semoga sukses.....Amin.
Kopi ibarat musik legendaris.Dinikmati sampai kapanpun,tetap menampilkan kenikmatan yang tiada tara.
Selamat nyruput kopi.