Nah ngomongin soal caleg perempuan, ini lagi ramai kan bahasannya gegara sosol AL dan siapa itu yang model majalah dewasa asal PKPI. Keduanya dibombardir di media massa, dunia maya terutama AL terkait "kebodohannya" di Mata Najwa dan Tata (eh benerkan ya namanya) terkait profesinya. Tapi kalau membaca artikel Auda tadi pagi, agaknya Tata pun tak beda jauh dengan AL.
Saya rasa diantara nama- nama caleg perempuan yang sekarang, pasti ada nama lain yang juga punya cela negatif dalam masyarakat. Kebetulan saja dua nama diatas sedikit lebih tenar dibanding nama- nama lain apalagi yang mewakili daerah. Kuota 30% inilah yang mengakibatkan adanya caleg- caleg perempuan yang "asal comot", yang penting terpenuhi kan yaa!
Menjadi hak masing- masing individu kok jika ingin menjadi wakil rakyat. Namun jika yang diusung atas nama perempuan namun tidak mewakili perempuan, hyaaa.... Ujungnya perempuan lagi yang kena. Bukan tak mungkin kan ada yang bilang, "Tuh kan udahlah perempuan mah cocoknya di rumah aja, ngapain sih nyaleg- nyaleg!"
Masak sih, pikiran sempit mulu!!
Tetapi belajar dari sosok sensasional, kita perempuan diajarkan untuk lebih memaksimalkan fungsi otak. Alias lebih cerdas. Majunya tekhnologi seharusnya dapat kita manfaatkan sebaik mungkin. Terutama untuk belajar banyak hal. Jangan cuma menghabiskan berjam- jam nyalon, shopping, ngerumpi, ngegosip namun sayang isi otaknya kosong. Bete kan kalau ngomong sama orang yang nggak nyambung!
selamat Pagiii...... :-)
(ISL)
Bandung, 28 Januari 2014
Ps. Kepikiran nulis ini gara- gara artikel Auda http://politik.kompasiana.com/2014/01/28/caleg-artis-perempuan-jangan-cuma-mengandalkan-popularitas-627828.html