Sebut saja, Pak Slamet (47) yang setiap harinya bekerja sebagai Hansip di kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan begitu bersemangat menyambut kedatangan HUT Kemederkaan ini. Sejak pagi ia terlihat sibuk memasang atribut tujuh belasan di sekitar walayah tempat tinggalnya di Gang Lihun RT 02 RW 08. Ada pancaran sinar di raut wajahnya ketika saya hendak bertemu dengannya.
“Ini adalah bagian dari tugas dan tanggung jawab saya sebagai warga negara Indonesia dalam menyambut kemerdekaan bangsa kita”. Ya memang sebagai warga disini secara sukarela, saya membantu bekerja memasang umbul-umbul di sekitar wilayah sini”. Jelas Pak Slamet.
Seperti itulah rasa nasionalisme Pak Slamet yang ditunjukkan dalam kepeduliannya membantu pemerintah kelurahan, RW dan RT dalam menyambut 17 Agustusan di keluarahannya. Ternyata semangat juang itu datang bagi siapa saja yang merasa menjadi warga negara yang baik. “Tak perduli ada upah atau tidak baginya itu urusan belakangan yang terpenting bagaimana mereka bisa bekerja bakti secara gotong royong.
“Kebetulan perayaan kemerdekaan tahun ini bertepatan dengan bulan puasa ramadan, jadi lebih bernilai ibadah” tambah pak slamet.
Sementara itu di tempat terpisah tepatnya di Propinsi Sulawesi Selatan. Minggu (14/8/2011), tepatnya di sebuah Desa yang bernama Pallantikang Kecamatan Patalassang Kabupaten Gowa. Salah seorang petani yang merupakan binaan dari LSM saya bernama Daeng Alli, begitu panggilan akrab di desanya. Jauh hari sebelumnya, ia telah mempersiapkan penyambutan HUT kemerdekaan di Desanya. Mulai dari rapat koordinasi sesama kelompom tani untuk membentuk kepanitiaan 17 agustus, maupun pemasangan atribut di sepanjang jalan, kantor desa dan kantor lurah dan kantor camat. Kebetulan Daeng. Alli ini sudah 3 tahun di tunjuk sebagai koordinator.
Meskipun bulan ini adalah bulan puasa. Sebagai warga muslim Daeng Alli tetap terus berpuasa seperti biasanya. “inikan bernilai ibadah, dan bekerja dengan ikhlas apalagi untuk berguna bagi bangsa dan negara itu adalah sunnah agama”. Yang penting tulus dan ikhlas tanpa pamrih. Imbuh Daeng Alli di sela-sela kerja gotong royongnya bersama para warga dan kelompok tani.