Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Maaf, Saya Bukan Wartawan Bodrex

28 September 2011   17:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:31 316 2
[caption id="attachment_138073" align="aligncenter" width="300" caption="Profesi wartawan terlecehkan oleh kehadiran "][/caption]

Berangkat dari seorang jurnalis yang terbilang pemula disalah satu media nasional yang memang sudah mempunyai reputasi cukup terkenal khususnya dalam bidang agribisnis ternyata ceritanya penuh dengan suka maupun duka. Sukanya adalah ketika tugas peliputan hasil reportase itu setelah masuk di meja redaksi dan termuat lalu muncul di Laporan utama, namun dukanya adalah ketika dalam tugas peliputan itu menuai berbagai kendala baik itu teknis maupun non teknis dilapangan seperti menghubungi nara sumber terkait dengan topik liputan yang akan dilaporkan. seperti halnya ketika saya melakukan tugas peliputan di sebuah instansi pemerintah dilingkup pemprop sulsel.

Ceritanya begini, ketika saya masuk ke dalam instansi pemprop tersebut, sebelumnya saya sudah kontak beberapa narasumber terkait soal data populasi sapi yang baru-baru ini diturunkan dari hasil BPS Tahun 2011. Disaat saya melapor dan bertanya ke salah satu petugas keamanan yang berada disitu sebut saja Satpol PP, bahwa saya akan bertemu dengan Bapak ini, saya dari wartawan Trobos dengan memperlihatkan ID card saya yang tak pernah lepas dari kalungan leher saya dan seketika itu pula petugas satpol itu langsung mengatakan kepada saya, “Bapak benar wartawan?”, lha.., apa indentitas ini apa bapak kurang yakin? Ungkap saya dengan nada kesal sambil memperlihatkan kartu Id card saya.

Ternyata, setelah saya dipersilahkan masuk ke ruang tunggu, yang memang dipersiapkan untuk para tamu untuk menunggu bertemu dengan Kepala Dinas sesuai dengan antrian. Setelah saya duduk dan memperhatikan tamu-tamu tersebut, terlihat sepertinya sudah ada beberapa wartawan yang berada di dalam ruang tunggu itu. Tiba-tiba saja, salah seorang dari mereka bertanya kepada saya. Pak”, dari wartawan mana?”, spontan saya jawab dengan tegas, saya dari Trobos”. Kalau bapak wartawan juga ya, ..iya betul sekali, jawab bapak tua setengah baya itu.

Selanjutnya, bapak yang mengaku wartawan tadi mengatakan kepada saya, bahwa Tak ada gunanya meliput kalau ujung-ujungya duit”, itu sudah lagu lama dan sudah menjadi budaya para wartawan apalagi di kantor ini”. Paling terima amplop sudah itu beres” istilahnya ABS, asal bapak senang”.

Saya tak mengerti sebenarnya apa yang ia maksudkan dengan berkata seperti itu ke saya. Namun saya terus menganalisa apakah ini yang selama ini orang-orang katakan wartawan gadungan atau tak ubahnya “wartawan bodrex?”, pikir saya sambil menatap ke atas langit-langit kantor itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun