Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Aktifis Petani : Independensi dan Idealisme Suatu Keharusan

31 Oktober 2011   11:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:14 177 1
[caption id="attachment_145494" align="aligncenter" width="300" caption="Menjadi aktifis petani bagi sebagian orang masih dipandang sebelah mata, namun ketika idealisme yg telah tertanam kuat, pendangan seperti menjadi tantanga tersendiri (imansyah rukka)"][/caption]

Alangkah indahnya akhlak dan perilaku itu jika bisa menjadi teladan bagi para petani yang ada di Desa tersebut, dimulai dari yang paling sederhana dalam hidup ini yakni bagaimana menunjukkan sebuah komitmen kepada mereka dengan merealisasikan atau menepati janji yang pernah terucapkan dari mulut saya kepada mereka yang rata-rata adalah kaum tani yang memang sangat membutuhkan pendampingan dan pembinaan. “Bagaimana mungkin harus menghianati dan menghobongi petani lagi dengan segala tipu daya sementara mereka sebagai petani yang sebagaian besar hidupnya hanya bergantung dari bertani berada dalam kondisi yang sama sekali tidak berdaya” Ungkap Silahuddin, salah seorang aktifis petani di Kabupaten Bantaeng.

Hampir sebagaian besar posisi tawar para petani di Kabupaten Bantaeng sangat lemah. Hal tersebut menunjukkan petani memang tidak berdaya dalam segala akses yang mereka miliki, belum lagi dengan kabar adanya berbagai bantuan subsidi yang diberikan kepada petani dari anggran APBN, dalam pengakuan beberapa petani masih saja ada yang diselewengkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab”, ungkap Silahuddin melanjutkan.

Jika diurai hal tersebut, ketidak berdayaan itu akibat dari berbagai kebijakan para elite politik lokal yang kebanyakan mempolitisir mereka dan menggiringnya masuk ke dalam ranah politik praktis. Berbeda halnya dengan sebuah gerakan atau organisasi yang dibangun dengan dari niat yang tulus hanya untuk melihat petani lebih sejahtera. Bisa dihitung dengan jari tangan kita organisasi petani yang benar-benar eksis di pedesaan untuk membangun jaringan kerjanya kepada petani agar apa yang selama ini menjadi kendala kaum tani bisa terselesaikan dengan tuntas tanpa ada politisasi dan intimidasi. Tapi perlu ekstra hati-hati dalam membangun organisasi seperti ini. faktanya, sama halnya dengan para setan atau iblis tak ingin melihat manusia itu mulia. Nah, begitupula dengan gerakan organisasi ini, tentu saja ada pihak-pihak yang tak ingin melihat kepentingannya terganggu dan terhalangi dengan hadirnya organisasi petani yang terbilang sangat bisa membantu petani dan keluarganya.

Sikap independensi dan idealisme yang tinggi sangat dibutukan dalam menjalankan roda organisasi petani ini yang di dalam organisasi itu ada program-program kerja kegiatan yang ditujukan kepada petani sebagai sasaran penerima manfaat. Ketika adanya kebijakan pemerintah yang merugikan petani tentulah sebagai seorang aktifis sangat rentan dalam menyikapi hal ini. Individu-individu yang berada dalam organisasi ini tentunya kapabilitasnya sudah tidak diragukan lagi. Kita bisa ambil contoh, bahwa organisasi LSM yang dibangun dengan beberapa program kegiatan, adalah sumber dananya sebagian besar bergantung dari APBD Propinsi Sulsel. Tentu sangatlah dibutuhkan transparansi dan akuntabilitas publik dalam menjalankan kegiatan tersebut. alasannya karena dana tersebut jelas bersumber dari uang rakyat sulsel yang dipungut dari pajak rakyat sulsel.

Jangan dipikir jika pemerintah menyetujui usulan kegiatan LSM tersebut dan mensahkannya dalam rapat anggaran lantas serta merta LSM tersebut harus berada dibawah ketiak pemerintah dengan begitu kebijakan apa saja yang di lakukan pemerintah setempat harus kami manut, tidaklah”, ungkap Kurnia Taufik dengan tegas. Dalam pengakuannya bahwa tidak ada istilah barter dan saling sandera, yang ada hanyalah kerjasama insitusi kelembagaan antara pihak pemerintah dan LSM, saya rasa pentingnya harmonisasi antara pemerintah dan LSM dalam menyikapi persoalan bangsa khususnya di sektor pertanian yang selalu menempatkan petani sebagai objek politik semata. Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang merugikan petani, mau tidak mau kami tetap kritik bahkan jikaperlu aksi turun jalan jika sudah tidak ada solusi lain”. Ungkapnya

Memang jika kita tengok kebelakang hubungan antara pemerintah dengan LSM mulai masa orde baru dan selanjutnya di orde reformasi yang saat ini berlangsung terus memanas. Pendapat yang saling berseberangan antara kedua belah pihak selalu terlihat dan kebanyakan menyangkut persoalan kasus korupsi. Disatu sisi, pihak pemerintah masih ada yang melihat bahwa keberadaan LSM itu mengganggu kebijakan-kebijakan populisnya selama ini. Bahkan yang paling ekstrim adalah melihat keberadaan LSM itu adalah musuh negara yang harus dihanguskan dalam bumi Indoensia. Disisi lain, pihak LSM menilai bahwa kebijakan yang dikeluarkan Negara masih menempatkan petani sebagai pelengkap penderitaan dengan kebijakan yang tak pernah berpihak kepadanya.

Dengan begitu terus terang ada upaya-upaya untuk bagaimana membujuk dan melunturkan nilai-nilai independensi dan idealisme para aktifis LSM tersebut. terlebih lagi jika aktifis LSM tersebut terkenal bersuara lantang dengan kritikan-kritikan sosialnya. Maka tak heran jika ada aktifis LSM kehidupan ekonominya terbilang mapan. Berbagai proyek sudah menjadi bagian jatahnya dalam perencanaan anggaran di legislatif. Padahal setahu saya, LSMdalam program kerjanya melalui usulan hanyalah sebagai pendamping dalam pemberdayaan masyakarat dan bukan sebagai rekanan. Belum lagi dengan main mata para panitian tender dengan proyek yang bisa diloloskan.

Tetap suatu hal yang tak bisa disembunyikan jika fenomena tersebut banyak dijumpai di Sulsel. Jika kembali ke persoalan independensi yang di dalamnya terbungkus idealisme, aktifis LSM seperti itu tidak lama dan panjang. Tak usahlah melihat para pejabat bergelimang kemewahan hanya dri hasil uang rakyat. Marilah melihat sebuah kejujuran dan keterbukaan sebagai sebuah berkah yang tesembunyi jika amanah untuk mendampingi petani benar-benar di lakukan secara adil dan bijak tanpa ada upaya untuk memperkaya diri. Toh, jika kegiatan yang telah diamanahkan dengan dana yang pas-pasan yang diperoleh dengan susah payah dari APBD tersebut lantas dijalankan dengan sepenuh hati hanya untuk bagaimana petani bisa memperoleh peningkatan kesejahteraan melalui hak-hak dasar mereka, maka idealisme itu terbukti secara nyata memberikan kebahagiaan tersendiri sebagai aktifis petani. Sungguh luar biasa berkah yang ada di dalamnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun