Sikapnya yang Adil, jujur, sederhana dan bijaksana. Ia sangat mencintai dan dicintai rakyatnya. Segalanya ia lakukan sebagai bentuk kepeduliannya pada nasib rakyat yang dipimpinnya. Di tambah lagi Ia beserta seluruh keluarganya rela hidup sederhana dan menyerahkan harta kekayaannya ke
baitulmal (
kas negara), begitu diangkat menjadi khalifah. Itulah Khalifah
Umar Bin Adul Aziz, dengan gagah berani serta tanpa pandang bulu memberantas segala bentuk praktik korupsi.
Umar bin Abdul Aziz adalah
Sosok Khalifah (pemimpin dunia) yang mampu menghilangkan kemiskinan di negerinya. Bahkan petugas Baitul Maal (kas negara) kebingungan mencari orang-orang yang berhak menerima zakat. Semua rakyat telah hidup berkecukupan dan memiliki mental positif yang luar biasa sehingga malu bila harus menerima zakat atau dana bantuan lainnya. Ini adalah fakta sejarah yang tidak terbantahkan ! [caption id="attachment_196645" align="alignleft" width="194" caption="Umar Bin Abdul Aziz adalah merupakan sosok kepemimpinan teladan"][/caption] Umar bin Abdul Aziz setelah dilantik menjadi
Khalifah, dalam jangka waktu 2 tahun lima bulan ia mampu membuat negara yang dipimpinnya mencapai kemakmuran dan kejayaan. Bisakah dengan sisa waktu dua tahun. Itulah potret kepemimpinan yang pernah dilakukan oleh Umar bin Abdul Azis. ”Ternyata baginya, ”Jabatan” bukan untuk memperkaya diri. Malah sikap kesederhaan Umar juga terapkan kepada istri dan anaknya. Kebetulan istri Umar bernama Fathimah adalah putri dari seorang pejabat. Yang sungguh berkesan ketika Umar baru saja di lantik sebagai Khalifah, Umar berkata kepada istrinya :
"Silahkan engkau memilih, engkau mengembalikan semua harta perhiasan itu ke Baitul Maal (kas negara) atau engkau izinkan saya meninggalkanmu untuk selamanya". Sebagai istri yang solehah, Fathimah menjawab,
"Saya lebih memilih engkau daripada semua harta dan perhiasan ini, bahkan jika lebih dari itu pun saya tetap memilih engkau." Dalam pemerintahannya, Umar menghimbau kepada para pejabat untuk bersedia mengembalikan kekayaan yang pernah diperoleh ketika mereka masih menjabat agar segera dikembalikan ke kas Negara. Waktu itu sempat ditentang, namun Umar bin Abdul Aziz tak pernah gentar untuk tetap mengeluarkan kebijakan itu. Sewaktu Umar memimpin, para pejaba sangat segan tak ada satupun yang berani melakukan korupsi. Sehingga rakyat terihat makmur pada saat itu. Rakyat yang hidup dalam kemiskinan diberikan akses ke Kas Negara untuk mendapatkan batuan modal. Stabiltas dalam kepemimpinannya berjalan sangat lancar karena kepercayaan seluruh rakyat kepada pemerintahan yang beliau pimpin.
Keadilan Yang Mengagumkan ! Suatu ketika Umar mengumpulkan para ulama dan mengatakan,
“Saya memanggil tuan-tuan ini untuk meminta pendapat mengenai sifat curang yang dilakukan oleh keluarga saya.” Para Ulama itu mengatakan, "Itu semua terjadi sebelum masa pemerintahanmu. Maka dosanya berada pada yang merampasnya.” Umar tidak puas dengan pendapat itu dan mengambil pendapat kelompok lain, di dalamnya termasuk putranya Abdul Malik yang mengatakan kepadanya,
“Saya berpendapat, hasil-hasil itu harus dikembalikan kepada yang berhak, selama engkau mengetahuinya. Jika tidak dikembalikan engkau telah menjadi patner mereka yang merampasnya dengan curang.” Mendengar itu Umar puas dan langsung berdiri untuk mengembalikan hasil-hasil tindak kecurangan itu. Dengan tegas, Umar membersihkan harta kekayaan para pejabat dan keluarga
Bani Umayyah yang diperoleh secara tak wajar. Selanjutnya beliau serahkan ke kas negara. Semua pejabat yang melakukan korupsi dipecat. Langkah itu Umar lakukan demi kemaslahatan rakyatnya. Bagi Umar, jabatan bukanlah alat untuk meraup kekayaan, melainkan amanah dan beban yang harus ditunaikan secara benar. Begitu juga ketika memanggil para utusan-utusannya, Umar memerintahkan untuk menyalakan lilin yang besar. Umar bertanya kepada utusan tersebut tentang keadaan masyarakat kota, kondisi yang ada, bagaimana perilaku gubernur, bagaimana harga-harga, bagaimana dengan anak-anak, orang-orang miskin. Apakah hak mereka sudah ditunaikan?Apakah ada yang mengadukan? Utusan itu pun menyampaikan secara mendetail yang diketahuinya tentang kota tanpa ada yang di tutup-tutupi. Semua pertanyaan Umar dijawab lengkap oleh utusan itu. Ketika Semua pertanyaan Umar telah selesai dijawab semua, utusan itu balik bertanya kepada Umar.
"Ya Amirul Mukminin, bagaimana keadaanmu, dirimu dan keluargamu dan seluruh pegawai dan seluruh rakyat yang menjadi tanggung jawabmu?" Sesaat setelah itu Umar meniup lilin yang ada di dalam rumahnya lalu berkata,
wahai pelayan, nyalakan lampunya ! Lalu dinyalakanlah sebuah lampu kecil yang hampir-hampir tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya yang teramat kecil. Rupanya utusan itu tergugah dengan sikap yang telah dilakukan oleh Umar, mematikan lilin. Lalu utusan itu bertanya, kembali, Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.
" Umar membela, Apakah itu? "Engkau mematikan lilin ketika aku menanyakan tentang keadaanmu dan keluargamu.? Umar menjawab,
"Wahai hamba Allah, lilin itu harus kumatikan karena itu adalah harta Allah, harta kaum muslimin. Ketika aku bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin itu dinyalakan demi kemaslahatan mereka. Begitu kamu membelokkan pembicaraan tentang keluarga dan keadaanku, maka aku pun mematikan lilin milik rakyat." Sungguh mengagumkan ! sosok pemimpin seperti Umar Bin Abdul Azis dalam menjaga harta rakyatnya. Menjaga reputasi kepemimpinannya sebagai suri teladan dalam bagi segenap rakyatnya. Sangat berbeda dengan realitas yang terjadi di negeri ini. yang semakin hari semakin menujukkan hilangnya kepekaan-kepekaan itu. Ketika rasa keadilan, kejujuran, kesederhanaan, serta kebijaksanaan menjadi sebuah wacana dan retorika semata bahkan kata-kata manis melalui janji-janji. Padahal, sikap-sikap seperti yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin seperti Umar Bin Abdul Azis adalah sebuah sikap atas jawaban dari semua permasalahan kompleks yang tengah terjadi di negeri ini dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bangsa ini menantikan sosok pemimpin seperti Umar, yang bisa membawanya menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera.
Adakah sosok Umar-Umar lain Di Negeri ini?” Cerita ini saya kutip dari :Ari fin dalam catatanya “pejuang Islam”
KEMBALI KE ARTIKEL