Suatu pagi yang cerah di desa Gantong, Belitong, di era tahun 1970-an.
Namun suasana terasa sangat menegangkan bagi Ibu Muslimah dan Pak Harfan, yang masih kekurangan satu orang murid peserta didik di SD Muhamadiyah di desa tersebut.
Baru ada Sembilan siswa, padahal kegiatan ajar mengajar harus setidaknya diikuti oleh sepuluh orang siswa. Dan jika tidak cukup sepuluh orang siswa di tahun ajaran baru tersebut, maka sekolah terancam untuk di tutup.
Syukurlah…, ketegangan yang mencekam tersebut kemudian menjadi cair, saat seorang siswa yang bernama Harun, kemudian datang dan menggenapkan jumlah siswa hingga menjadi 10 orang siswa.
Kesepuluh orang siswa tersebut kemudian bisa mulai belajar bersama, dan sekolah tersebut tidak jadi dibubarkan.
Sedemikian senangnya hati Ibu Muslimah mendapati hal tersebut, sehingga kesepuluh anak tersebut kemudian dinamakan dengan LASKAR PELANGI.