Rumahnya tampak berantakan, dengan sampah yang sering berserakan di halaman. Meski demikian, Farhan tidak merasa bahwa kebiasaannya itu adalah masalah besar. Baginya, keimanan lebih penting daripada hal-hal seperti kebersihan.
"Yang penting hatiku bersih," ujar Farhan setiap kali seseorang menegur.
Namun, suatu hari, hidup Farhan berubah.
Pertemuan dengan Ustaz
Di desa itu, ada seorang ustaz muda bernama Ustaz Salim yang baru pindah dari kota. Setiap sore, beliau mengadakan kajian di masjid desa, membahas berbagai hadis Rasulullah . Suatu hari, Farhan, yang jarang hadir di masjid kecuali saat shalat, memutuskan untuk ikut mendengarkan.
Di tengah kajian, Ustaz Salim membaca sebuah hadis:
"Kebersihan adalah sebagian dari iman."
Farhan tersentak. Ia tahu hadis itu, tetapi tidak pernah benar-benar merenungkannya. Ustaz Salim melanjutkan, "Iman bukan hanya soal shalat, puasa, atau zikir. Kebersihan, baik lahir maupun batin, adalah cerminan dari keimanan kita. Rasulullah selalu menjaga kebersihan diri, rumah, dan lingkungannya. Kita, sebagai umatnya, seharusnya mencontoh beliau." Farhan merasa seolah-olah Ustaz Salim sedang berbicara langsung kepadanya. Hatinya gelisah sepanjang malam.
Langkah Pertama
Keesokan harinya, Farhan memutuskan untuk memulai perubahan. Ia memandang rumahnya yang berantakan dan halaman yang penuh dengan daun kering serta sampah plastik. Dengan tekad baru, ia mulai membersihkan.
Tapi, pekerjaan itu tidak mudah. Tangannya pegal, tubuhnya berkeringat, dan ia merasa ingin menyerah. "Kenapa harus repot? Bukankah shalatku sudah cukup?" pikirnya. Namun, ia teringat hadis yang dibahas Ustaz Salim.
"Kalau aku ingin imanku benar-benar kuat, aku harus melakukannya," bisiknya pada diri sendiri.
Setelah berjam-jam bekerja, rumah Farhan mulai tampak rapi. Halaman bersih, dan ia bahkan mengecat ulang dinding yang sudah kusam. Meski lelah, ada kepuasan yang ia rasakan.
Kebersihan Hati
Pada malam harinya, Farhan kembali ke masjid untuk mengikuti kajian. Kali ini, Ustaz Salim membahas tentang hubungan antara kebersihan lahir dan batin.
"Saudara-saudaraku," kata Ustaz Salim, "Kebersihan lahir adalah langkah pertama menuju kebersihan hati. Bagaimana kita bisa mengharapkan hati yang bersih jika tubuh kita kotor, rumah kita berantakan, dan lingkungan kita tidak terjaga?"
Farhan teringat pada dirinya sendiri. Selama ini, ia merasa bahwa hatinya bersih karena ia rajin berdoa dan membantu orang lain. Namun, apakah ia benar-benar bersih jika tidak menjaga kebersihan lingkungannya?
Ustaz Salim melanjutkan, "Kita harus ingat bahwa iman adalah cermin hati kita. Jika cermin itu kotor, pantulannya akan buram. Mari kita bersihkan cermin hati kita dengan menjaga kebersihan diri, rumah, dan lingkungan."
Perubahan yang Terlihat
Hari demi hari, Farhan semakin rajin menjaga kebersihan. Tidak hanya rumahnya, ia juga mulai mengajak warga desa untuk membersihkan lingkungan bersama. Ia mendatangi rumah-rumah, mengingatkan pentingnya kebersihan, dan bahkan menyediakan tempat sampah di sudut-sudut desa.
Perubahan pada Farhan membuat banyak orang kagum.
"Farhan sekarang lebih baik dari sebelumnya," kata seorang tetangga.
"Luar biasa. Dia benar-benar berubah," ujar yang lain.
Namun, bagi Farhan, yang terpenting adalah ia merasa lebih dekat dengan Allah. Ia merasa bahwa menjaga kebersihan adalah bagian dari ibadahnya, sebuah cara untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan.
Ujian dan Hikmah
Suatu hari, desa itu menghadapi cobaan. Sungai yang menjadi sumber air bersih mereka tercemar oleh limbah. Banyak warga yang jatuh sakit akibat meminum air tersebut.
Farhan, yang sudah belajar banyak tentang kebersihan, segera bertindak. Ia mengumpulkan warga dan bekerja sama dengan pemerintah desa untuk membersihkan sungai. Prosesnya tidak mudah dan memakan waktu berminggu-minggu. Namun, berkat kegigihan Farhan dan dukungan warga, sungai itu akhirnya kembali bersih.
"Ini adalah pelajaran bagi kita semua," kata Farhan kepada warga. "Kita harus menjaga kebersihan, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk generasi mendatang."
Penutup
Perubahan yang dialami Farhan mengajarkan banyak hal kepada dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Ia kini memahami bahwa kebersihan tidak hanya tentang fisik, tetapi juga tentang hati dan niat. Dengan menjaga kebersihan, ia merasa imannya semakin kokoh, dan hubungan dengan Allah semakin erat.
Di akhir kajian suatu malam, Ustaz Salim berkata, "Kita tidak bisa memisahkan iman dan kebersihan. Keduanya saling berkaitan. Jika ingin menjadi hamba yang dicintai Allah, mari kita mulai dari hal-hal kecil: menjaga kebersihan diri, rumah, dan lingkungan."
Farhan tersenyum mendengar itu. Ia merasa bangga, bukan karena pujian orang lain, tetapi karena ia tahu bahwa ia sedang berusaha menjadi hamba yang lebih baik. Baginya, iman dan kebersihan adalah cermin dari hati yang bersih.