Dahsyatnya puja(i) yang ditujukan kepada tokoh ikonik Barcelona, Lionel Messi, usai laga kontra Manchester City pada babak 16 besar Liga Champion yang berkesudahan agregat 3-1 untuk keunggulan Barca, cukup membuat saya khawatir. Bukan berarti Messi tak layak dipuji setinggi langit, tetapi derasnya arus pujian tersebut bisa saja membuat Messi terbawa arus dan terlena, sehingga menghanyutkan potensi dan daya magisnya yang oleh kita mungkin bersepakat bahwa masih banyak “sihir” yang disimpan Messi untuk partai-partai berikutnya. Sebagai fans, tentu senang jika pemain favorit kita dipuji karena permainannya. Tetapi satu hal yang patut kita cermati adalah, kita jangan ikut-ikutan latah memuji Messi hanya dengan satu atau dua laga saja. Pastikan pujian kita lahir pada saat yang tepat, di mana Messi cs mengangkat trofi Liga Champion, La Liga dan Copa del Rey. Biarkan mereka memuji, dan kita cukup menikmati pujian itu dengan senyum.
Saya menjadi khawatir ketika pujian demi pujian terus kita berikan, daya ledak Messi malah tak bisa keluar pada laga-laga penting lainnya sebagai akibat dari buaian pujian. Laga berikutnya tentu tidak kalah vital bagi Barca yang terobsesi meraih treble winners musim ini. Yang paling dekat tentunya laga mewah bertajuk El Clasico Jilid II musim 2014-2015. Kalau orang luar (netral) yang memberi pujian, mungkin tidak akan menjadi masalah karena penilaian berupa pujian terhadap pemain bintang adalah sebuah entitas sahih terhadap segala previlese yang dimiliki seorang bintang lapangan hijau. Apatahlagi jika si pemain menampilkan permainan yang memikat di atas lapangan dengan frekuensi yang terbilang di luar akal sehat.
KEMBALI KE ARTIKEL