Aryo Kiswinar hanya bisa tersenyum melihat muka ciut sang ayah biologis yang selama ini mempermalukan ibunda dan dirinya disekian pernyataan pewejang fenomenal tersebut. Penulis lebih memilih atribut pewejang ketimbang motivator karena wejangan itu bisa diadopsi dan hanya melulu meluncur dari mulut seseorang tanpa perlu terikat dengan kewajiban moral tentang apa yang dia sampaikan.
KEMBALI KE ARTIKEL