Tetapi begitulah Si Raja Kodok senantiasa GR, merasa ditaati oleh aparatur dan seluruh rakyatnya. Si Raja Kodok selalu PD pada setiap sidang kabinet dengan instruksi "teot te blung" kepada menteri-menterinya. Sementara para menteri dari berbagai jenis hewan senantiasa berusaha mengerti dan bebas menginterpretasi arti instruksi "teot te blung" itu. Staf-staf ahli para menteri yang mayoritas kodok-kodok juga sudah mempersiapkan laporan dan segala sesuatunya dengan "trot te blung" dari masing masing kementerian. Walhasil keputusan dan kebijakan pemerintah selalu berisikan "teot te blung"
Tegaknya Hukum Rimba Wanamarta selalu digembar-gemborkan sebagai prestasi dari si Raja Kodok. Masyarakat kecebong, berudu, katak dan kodok terus-menerus membanggakan dan mengeluk-elukan kepemimpinan "teot te blung" dari si Raja Kodok. Mereka beranggapan bahwa perubahan dan pembangunan besar-besaran yang terjadi di Hutan Wanamarta hanya karena "teot te blung" dari si Raja Kodok. Padi menguning, "Teot te blung". Telur ayam menetas "teot te blung". Jaguar bebaskan kelinci yang ditawan anjing, "Teot te blung". Hujan di musim kemarau, "teot te blung". Ular semakin rajin tangkap tangan tikus, "teot te blung". Buaya menyergap kancil, "teot te blung". Kepercayaan masyarakat kodok terhadap si Raja Kodok semakin menguat, dan kaum muda kecebong terus berlomba-lomba mendukung segala kebijakan "teot te blung" dan mereka selalu teinspirasi oleh si Raja Kodok.