Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Cas, Cis, Cus Inggris-Ria, Pedagang Asong di Pantai Kuta-Bali

23 Oktober 2014   04:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:03 197 1
Sebagaimana penelitian yang dilakukan Depdikbud, bahwa pengajaran bahsa Inggris kurang berhasil apabila fungsi komunikasi terabaikan. Untuk mensiasati kekurangan itu, maka dua hal yang cukup prinsip diperhatikan adalah memanfaatkan bahasa sebagai fungsi komunikasi. Dan sejauh mana kompetensi guru bahasa Inggris dan emplementasi fungsi bahasa Inggris sebagai media komunikasi itu sendiri  bisa diwujudkan dengan baik.

Penulis tertarik melihat kenyataan pada kemampuan bahasa Inggris-nya pedagang asong di Panti Kuta, Bali yang menjadi tujuan/destinasi internasional itu ternyata kemampuan berbahasanya lebih baik dibanding kita yang anak sekolahan. Ketertarikan itu didasarkan atas kenyataan bahwa satu sisi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi antar manusia, dapat berfungsi aplikatif dan dapat mendulang gemerincingnya dollar di Pantai Kuta, Bali.

Padahal, mereka tidak mengenal teori, metodologi dan cara-cara yang efektif sebagaimana yang didapat oleh setiap para pelajar dan mahasiswa umumnya. Akan tetapi mengapa justru mereka lebih komunikatif menggunakan fungsi bahasa Inggris tersebut kepada native speaker -- dibanding dengan masyarakat terpelajar yang sudah lama mempelajari bahasa Inggris mulai dari bangku SD, SMP, SMP, hingga Perguruan Tinggi bahkan ditunjang kursus sekali pun?

Tentunya , dengan kemampuan tersebut ada beberapa hal yang istimewa dalam mepelajari bahasa Inggris bagi pedangan asong di Pantai Kuta, Bali. Baik cara mempelajarinya maupun bagaimana mempraktikan lansung dengan turis mancanegara.

Nampaknya, keberuntungan dalam mempelajari bahasa Inggris adalah bahasa sebagai alat menyapa dan mengapresiasi realitas kehidupan yang dilihatnya. Maka tepat kiranya dalam pengajaran bahasa Ingris -- seharusnya menkondisikan practice approach, sesuai dengan kondisi lokal yang akan dialami oleh pelajar atau mahasiswa. Tentunya hal itu membutuhkan segenap kesadaran secara utuh, utamanya bagi para guru pengajar bahasa Inggris dalam proses mempelajari bahasa Inggris.

Kita bisa membandingkan sebagaimana yang telah diraih oleh pedagang asong di Pantai Kuta, Bali dalam penguasaan berbahasa Inggris. Betapa pun masih sering terdengan suara sumbang yang belum tentu benarnya, bahwa pedagang asongan yang ada di Pantai Kuta, Bali menggunakan bahasa Inggris untuk komunikadi dengan wisatawan sekenanya saja, atau asal-asalan, sekadar pemahaman komunikatif, tidak baku, dll. Bahkan anggapan sinis yang paling tajam adalah pedagang asongan memakai bahasa Inggis sama sekali tidak mengindahkan kaidah-kaidah baku yang tertuang dalam gramatikal bahasa Inggris. Namun, dari segi komunikatif  berbahasa mereka lebih sukses dibanding dengan anak-anak sekolah/mahasiswa.

Dengan kenyataan tersebut, pertanyaan yang akan muncul adalah bagaimana mereka bisa berbahasa Inggris dengan lancar? Motivasi apa mereka atau apa yang mendorong mereka ingin sekalai menguasai bahasa Inggris dan mempraktikan secara langsung dengan turis asing?

Dunia pariwisata sebagaimana kita ketahui telah menjanjikan dapat mendulang banyak dollar. Termasuk dalam hal ini para pedagang asongan mungkin berharap dengan menguasai bahasa Inggris dengan baik, maka akan lebih dapat mendulang gemerincingnya dollar dari turis mancanegara. Berupa salery yang lebih dibandingkan dengan kerja di sektor lainnya.

Maka tidak mengherankan, pedangan asongan di pantai Kuta, Bali berlatih secara terus menerus baik dengan caranya sendiri atau yang nyatanya mendengar langsung dari turis asing yang terulang-ulang setiap harinya. Sehingga kesan yang dapat ditangkap sejumlah ungkapan dalam kalimat yang sempurna sebagai awal untuk mengadakan komunikasi dengan wisatawan mancanegara dan mungkin juga dengan wisatawan domistik yang dengan sengaja menjadi turis asing kemudian  menggunakan bahasa Inggris yang berlangsung secara komunikatif.

Aspek komunikatif pastilah didasari dengan kepahaman terhadap objek pembicaraan dalam komunikasi. Oleh karena itu dalam proses belajar bahasa Inggris--akan lebih baik apabila materi belajar dengan objek yang akan dihadapi bisa disesuaikan dengan medan yang akan dihadapi.

Bahkan, walaupun telah ada kesesuaian antara objek dan materi yang dipelajari sekali pun, belum tentu cara tersebut menjamin kesuksesan mereka dapat berbahasa Inggris dengan baik.

Akan tetapi yang lebih penting adalah konsekuen untuk belajar bahasa Inggris secara terus menerus, mengingat bahasa Inggris membutuhkan latihan secara kontinue. Frekuensi penggunaan bahasa inggris aplikatif akan membentuk kemampuan dan ketrampilan berbahasa hingga dapat difungsikan untuk komunikasi dengan turis asing dengan lancar.

Menyimak dengan seksama. Menyaksikan secara langsung dan mendengarkan dari dekat kemampuan bahasa Inggris pedagang asongan di Pantai Kuta, Bali,  menjadi sesuatu yang menarik bagi penulis untuk mengetahui proses kemampuan berbahasa Inggris pedagang asongan di Pantai Kuta, Bali itu.

Sesungguhnya Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penguasaan berbahasa Inggris pedagang asongan di Pantai Kuta, Bali, hingga lancar dan fasih berbahasa Inggris? Benarkah metode natural approach/oral aproach yang terkondisi dengan baik sesuai dalam konsep teorinya yang dipraktikan oleh pedagang asongan di Pantai Kuta Bali? Pedagang asong pria wanita sama-sama lancarnya berbahasa Inggris, apakah yang melatarbelakangi semua itu? Pertanyaan-pertanyaan itu menggelayuti pikiran penulis saat menyaksikan cas, cis, cus-nya para pedagang asong berbahasa Inggris dengan turis asing di Pantai Kuta, Bali.

Jawaban sementara bahwa mungkin benar bahasa adalah lambang curahan perasaan manusia. Apabila lambang atau simbul itu difungsikan sebagai teknik teori, maka bahasa pun condong sebagai bentuk bahasa teoritik. Sebaliknya, apabila bahasa itu difungsikan sebagai teknik aplikasi perasaan, maka bahasa pun akan cepat memberi pengertian kepada seseorang secara praktis dan akan lebih bersifat komunikatif dibandingkkan apabila bahasa tidak difungsikan sebagai tujuan bahasa yang sebenarnya, yaitu sebagai alat komunikasi.

Dari paparan di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian sementara apabila seseorang sering mendengar atau menyimak ucapan suatu bahasa secara berulang-ulang utamanya dari native speaker, kemudian mempraktikan secara kontinue maka lambat atau cepat seseorang akan mampu mengucapkan sebagaimana para native speaker itu mengucapkan ungkapan komunikasi.

Keunikan yang saya lihat di Pantai Kuta, Bali, penulis terdorong untuk menyimak lebih dekat atas indikasi positif dalam proses penguasaan bahasa Inggris bagi non-native speaker/bukan pengguna/bukan aseli pemilik bahasa ibu, seperti halnya pedagang asong ini, tetapi dapat menguasai dengan sempurna dalam pengungkapan, logat, ekspresi yang nampak pada wajah-wajahnya. Dengan alasan keunikan ini saya menulis apa yang saya lihat sehingga dapat mengungkap proses penguasaan berbahasa Inggris mereka, tentu ada beberapa hal yang lebih istimewa karakteristik dalam penguasaan berbahasa Inggris bagi pedagang asong di Pantai kuta:

1.Sejak tahun1989 pemerintahan Pak Harto telah mencanangkan Tahun Sadar Wisata, saat itu pulalah Indonesia semakin lebih banyak kedatangan tamu asing untuk menikmati keindahan Indonesia, dalam hal ini Pantai Kuta, Bali. Maka, bersamaan itu pula tentu pariwisata memerlukan banyak dukungan semua pihak, baik kalangan swasta apalagi instansi pemerintah. Tentunya tidak dapat dikesampingkan seperti pedagang asongan ini. Karena, mereka justru sebagai ujung tombak duta pariwisata juga, yang senantiasa akan selalu berhadapan dengan turis asing juga turis domistik. Bahasa menunjukkan Bangsa, maka tutur kata yang baik dan komunikatif, enak didengar dan dapat terjalinnya komunikasi yang harmonis dan baik tentu akan sangat mendukung produk pariwisata itu.

Di sinilah perlunya kita mengetahui, bagaimana para pedagang asong di Pantai Kuta, Bali itu dapat berhadapan dengan bahasa turis? Bagaimana proses berbahasa mereka sebenarnya? Sebab, dari modal bahasa mereka akan mengarah kepada seluruh dimensi aspek kepariwisataan, bahkan menyangkut nilai sebuah bangsa. Baik-buruknya sistem komunikasi mereka dengan turis akan mempengaruhi produk pariwisata juga. Dengan demikian mengadakan pembinaan bagi mereka jauh akan lebih potensial pariwisata Bali.

2.Selama ini masih timbul anggapan bahwa pedagang asongan Pantai Kuta, Bali berbahasa Inggris dengan bahasa yang tidak lazim digunakan oleh umumnya penutur asli. Namun pada sisi lain  adanya kenyataan, pedagang asong itu pun belajar berbahsa Inggris lewat buku atau bekal dari tamatan sekolah. Baru kemudian mereka terjun langsung di areal perdagangan di Pantai Kuta, Bali. Karena itu apabila ingin membuktikan hal baru tentang berbahasa mereka tidak lain menyamar sebagai turis agar bisa mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana mereka menggunakan bahasa Inggris dengan baik atau sebaliknya.

3.Setelah mengadakan penjajakan dengan seksama, bahwa dengan jujur dapat dikatakan bahwa pedagang asongan di Pantai Kuta, Bali itu justru lebih mampu mengekpresikan penggunaan bahasa Inggris dengan turis lebih baik dibanding mereka yang belajar dengan baik tetapi tidak pernah mempraktikan bahasa Inggrisnya. Terlepas dari anggapan salah benar dari segi kaidah bahasa, yang jelas adalah mereka dapat mengadakan komunikasi dengan turis dan kemudian terjadi transaksi jual beli. Artinya keberhasilan berbahasa sebagai media komunikasi telah terbukti efektif berdasar azas manfaat bahasa alat komunikasi.

4.Dengan melihat, menyaksikan dan mendengar dari dekat, kemudian saya menuliskannya di Kompasiana dengan harapan ada manfaat yang lebih dibanding saya hanya menyaksikan secara langsung, kemudian hasil pengalaman itu hanya saya jadikan pengalaman sendiri.

Lebih jauh sembari menikmati indahnya Pantai Kuta, Bali dengan mengamati mereka secara seksama yang dilakukan terjun langsung di lapangan dan disertai olah komunikasi untuk  pendalaman informasi tentang proses penguasaan bahasa Inggris para pedagang asong di Pantai Kuta, Bali beberapa hal informasi menarik sudah saya dapatkan banyak hal sebagai berikut: (Tulisan Bagian-1 … Bersambung …) Imam Muhayat, Bali 23 Oktober 2014.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun