Kegaduhan menyerang kepalaku. Mengoyak perasaan mengaduknya membuat rancu. Entahlah, beberapa bulan belakangan ini mereka sangat bising. Aku acap kali membuat skenario mengenai masa depan yang bercahaya. Dengan sang surya bersinar terang di atas kepala, aku tak takut karena tak mungkin ia redup. Jauh sekali dari bayangan mengenai kelam masa depan yang suram, seperti muram langit mendung yang kelabu kemudian menurunkan rintik hujan. Dalam kamusku, tepatnya ketika masa-masa SD-SMA dulu, optimisme adalah seluruh aku. Namun kini, setelah melihat realita kehidupan, ternyata tak semudah dan segampang itu. Optimisme perlahan berubah menjadi skeptisisme yang semakin nyata.
Api ambisi terkadang berkobar hebat, tapi gampang sekali ia padam bahkan hanya disiram setetes air.Â
KEMBALI KE ARTIKEL