Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Melihat Dari Sisi Pandang Yang Berbeda

16 November 2009   13:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:19 107 0
Ass.Wr.Wb Para saudaraku sesama Kompasianer.

Ini tulisan saya yang ke dua, judulnya tentang melihat dari sisi pandang yang berbeda, biar gak banyak membuang waktu yuk langsung aja ke ceritanya, oke.



Cerita ini sudah aku pikirkan sejak lamaa banget dari masih umur 5 tahun mungkin. Saya dulu sering diceritakan cerita ini sama ortu yang alhamdulilah sampe sekarang masih inget, hehehe.


Pelajaran tentang “Tidak boleh berbohong” ada di cerita yang pasti sudah akrab sekali dengan kita, yaitu si penggembala domba yang berbohong bahwa domba-dombanya diserang serigala. Nah, bagaimana kalau cerita yang pelajarannya agak berbalik dengan cerita yang tadi, yaitu tentang “kepercayaan kita terhadap orang lain”.

Ceritanya begini, Pada zaman dulu, saat kendaraan belum ada. Di suatu desa yang letaknya sangat jauh dengan kerajaan, ada seorang anak bernama Belabelabela. Belabelabela, atau sekarang sebut saja sebagai Bela (yang bagusan dikit), sedang tidak ada kerjaan karena saat itu hari libur, tidak ada PR dan rumah sudah rapi. Maka, untuk menghilangkan rasa bosannya, dia melakukan kebohongan, sama seperti apa yang dilakukan oleh si penggembala di cerita yang lain. Dia berbohong pada rakyat. Dikatakan olehnya, bahwa pangeran di kerajaan yang letaknya sangat jauh dari desa itu sedang membagi-bagikan sekantung penuh berisi emas bagi siapa saja yang datang ke kerajaan pada hari ini. Dengan mendengar cerita itu, rakyat pun percaya karena, tadi Bela memang pergi ke kerajaan untuk memberi pelana kuda yang dipesan khusus oleh raja dan sepulangnya Bela memang membawa karung besar yang kelihatannya berat. Awalnya, rakyat mengira bayaran pelana kuda itu memang dalam bentuk pangan maka rakyat tidak bertanya apa-apa karena itu biasa, namun jika bayaran untuk pelana kuda adalah sekantung besar emas, berarti ada hadiah! Maka, rakyat berbondong-bondong pergi ke kerajaan yang jauh itu tanpa kendaraan bahkan kuda sekalipun karena di desa itu tidak ada yang memiliki kuda, di desa itu kuda tidak diperlukan. Mereka pikir, walaupun jauh toh nanti ada imbalannya berupa sekantung besar emas. Padahal, kantung yang dibawa pulang Bela memang berisi pangan yang dibeli Bela sepulangnya dari kerajaan. Maka Bela hanya menunggu di rumahnya sambil bermalas-malasan dan penasaran apa reaksi rakyat itu nanti. Saat semua orang pulang mereka marah-marah namun tidak ada yang benar-benar memarahi Bela. Karena mereka pikir ini kebodohan mereka sendiri, masa raja mengadakan bagi-bagi emas tanpa undangan? Dan kita percaya begitu saja? Mau menyalahkan Bela? Dia masih anak-anak. Begitu pikir mereka. Maka Bela tetap aman.

Keesokan harinya, Bela kembali ke kerajaan untuk mengantarkan pesanan tapal kuda dari raja. Di kerajaan, setelah Bela mamberikan tapal kuda yang istimewa tersebut, Raja berpesan kepada Bela untuk mengabarkan pada orang-orang di desa Bela bahwa bagi siapa pun penduduk desa Bela yang datang ke kerajaan pada hari ini, akan diberikan sekantung penuh emas dari Raja. Raja pun menjelaskan alasannya tidak menggunakan undangan. “Saya tidak sempat membuat undangan karena juru tulis kerajaan sedang sakit. Saya juga tidak mau mengundur jadwal ini karena setelah hari ini jadwal saya akan sangat padat, tidak mungkin sempat.” Raja juga meminta Bela untuk mengabarkan hal tersebut dulu kemudian barulah datang ke kerajaan beramai-ramai dengan penduduk yang lainnya bersama-sama. Bela menurut saja. Karena dia tidak perlu menempuh perjalanan jauh itu dengan berjalan kaki. Dalam urusan pergi ke kerajaan, karena Bela sering sekali bolak-balik ke kerajaan untuk urusan pesanan, Bela selalu dijemput dan diantar oleh pegawai istana dengan kereta kuda, tidak terlalu bagus memang, tapi yang penting Bela tidak perlu berjalan kaki. Maka Bela membeli beberapa kebutuhan dulu dari uang yang baru di dapatnya dari tapal kuda tadi dan dimasukkan ke kantung yang cukup besar, kemudian Bela kembali ke desanya dengan kereta kuda yang panjang sekali, karena raja pikir pasti banyak yang harus ditampung, satu desa! Namun, meskipun panjang sekali, Bela tidak mengetahui penjangnya itu. Karena Bela duduk di bangku paling depan dan dia tidak melihat bagian belakang keretanya karena saat dia masuk, bagian di belakang bangku yang ditempati Bela masih berada di dalam semacam terowongan. Sesampainya di desa, Bela mengabarkan pesan yang dititipkan raja pada seluruh penduduk namun tidak ada yang mau pergi ke kerajaan. Karena Bela tidak menyebutkan bahwa penduduk akan pergi ke kerajaan dengan kereta kuda karena Bela tidak tahu, maka penduduk mengira mereka harus pergi ke kerajaan dengan berjalan kaki. Jadi, pikiran penduduk adalah: “Aduh, dia bohong lagi, kalau dia benar dia pasti membuat undangan. Nanti sudah pegal-pegal berjalan jauh, eh tidak dapat apa-apa. Tidak usah coba-coba saja deh.”. Karena tidak ada penduduk yang mau pergi ke kerajaan pada hari itu, maka Bela kembali lagi sendirian ke kerajaan dengan kereta kuda yang panjang sekali itu. Dari dalam istana, Raja melihat kedatangan kereta kudanya yang panjang sekali itu dan bergegas pergi ke depan gerbang untuk menyambut penduduk dari desa Bela. Di depan gerbang berkarung-karung emas telah disiapkan. Dari jarak yang agak jauh Raja melihat Bela turun dari kereta kuda, Raja menunggu penduduk yang lain turun juga berbindong-bondong, namun tidak ada pemandangan itu. Kereta hanya menurunkan satu penumpang lalu bergegas menuju arah gerbang khusus untuk kereta kuda. Bela sudah di depan Raja, namun Raja belum mengerti apa yang terjadi, maka Raja bertanya pada Bela.

“Kau hanya sendirian datang ke sini?”

“Tidak, aku diantar dengan pak kusir yang ada di kereta kuda itu.”

“Bukan itu maksudku. Maksudku, kau tidak datang bersama penduduk di desamu yang lain?”

“Mereka tidak pergi ke kerajaan.”

“Kau tidak mengabarkan pesanku?”

“Saya sudah mengabarkannya. Mereka yang tidak mau.”

“Tidak mungkin ada begitu banyak orang yang tidak mau sekantung emas Cuma-Cuma. Pengawal ambilkan aku telepon.” Pengawal mengambilkan telepon. Pada saat itu sudah ada telepon namun hanya ada di tempat pemerintahan. Dan telepon itu sering tidak berfungsi maka raja lebih sering menitipkan pesan. “Belabelabela, coba kau telepon kepala desamu dan yakinkan mereka apa mereka tidak mau emas Cuma-Cuma ini.”

“Baiklah….halo…Belabelabela… benar tidak mau emas?… ya sudah… Anda dengar kan, Tuan? Raja mendengarnya karena suara telepon itu lumayan keras. Raja mendengar kalau memang orang-orang di sana tidak mau.

“Ya, aku mendengarnya. Hm… Baiklah Belabelabela, karena tidak ada penduduk desamu yang datang pada hari ini kecuali kamu. Maka, seluruh kantung emas yang aku siapkan ini akan aku berikan padamu.”

Maka Bela dibantu pelayan-pelayan kerajaan untuk mengemasi emas-emas, menurunkannya dari kereta kuda, dan memasukkan emas-emas itu ke dalam rumah Bela. Penduduk hanya mengutuki diri sendiri ketika melihatnya.



Setelah kamu baca cerita ini, jangan beranggapan kalau berbohong itu bikin untung lho. Tapi Kepercayaan kamu terhadap seseorang yang bisa merugikan kamu atau menguntungkan kamu. Emang sih, percaya sama orang yang baru saja berbohong atau memang sering berbohong itu susah. Tapi itu kan nggak berarti orang yang suka berbohong atau baru berbohong nggak punya kesempatan untuk dipercayai orang lain.Gitu juga sebaliknya. Gampang banget percaya sama orang yang belum pernah ketahuan bohong, tapi itu nggak menutup kemungkinan kalau orang itu ternyata berbohong besar atau banyak kan, cuman nggak ketahuan aja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun