Malam itu, di sebuah pendopo pemerintah daerah setempat menyelenggarakan sebuah perhelatan sendratari untuk merekonstruksi perjalanan peradaban Dieng, Simfoni Negri di Awan. Di sela-sela barisan kursi, mereka menyalakan anglo (tungku) untuk menghangatkan suasana. Beberapa memanfaatkannya untuk membakar jagung atau singkong.