1. Kebutuhan Dasar Jasmani
Pada tingkatan pertama merupakan kebutuhan paling mendasar yang dimiliki oleh semuanya. Meliputi bernafas, makan, minum, tidur,dan seks. Jika melihat dari macam-macamnya, maka kebutuhan ini bukan cuma dimiliki manusia, tapi hewan juga. Pemenuhan kebutuhan jasmani ini pada dasarnya dilakukan hanya untuk bertahan hidup. Tanpa bernafas, makan, minum dan tidur yang cukup tentu kita bisa mati. Bila kita tidak mampu mengontrol diri untuk pemenuhan kebutuhan yang satu ini, (maaf) berarti kita sama dengan hewan.
2. Kebutuhan Keamanan
Bila urusan perut sudah terpenuhi, kebutuhan berikutnya yang harus dipenuhi adalah keamanan diri. Mari flashback saat masih jaman berburu. Manusia di masa awal dulu harus mencari makan dimana pun dan kapan pun dengan berburu, bahkan tidak peduli dengan bahaya yang mengintainya. Tapi setelah mendapat apa yang diinginkan, secara bertahap mulai memikirkan keamanan diri sendiri. Mulai dari menggunakan alat berburu semacam tombak, panah, maupun senapan yang lahir di jaman modern. Pemenuhan kebutuhan keamanan diri masih menyangkut dengan keselamatan atau bertahan hidup. Terlalu protektif terhadap diri sendiri terkadang baik tapi terkadang juga tidak baik. Sisi baiknya adalah menjadi waspada, tapi bila berlebihan kita akan mudah mencurigai setiap orang yang mendekat.
3. Kebutuhan Hubungan Sosial
Kelompok dan cinta merupakan macam dari kebutuhan hubungan sosial. Berbeda dari dua tingkat kebutuhan sebelumnya yang hanya melibatkan diri sendiri, hubungan sosial melibatkan orang-orang di sekitar kita. Ketika pemenuhan hubungan sosial ini terlalu berlebihan dampaknya juga tidak baik. Laki-laki boleh punya rasa cinta ke wanita atau sebaliknya, tapi jika berlebihan, frustasi dan tindakan bodoh sering kali jadi pelarian. Ambil contoh kondisi pemuda-pemudi jaman sekarang. Coba hitung ada berapa banyak korban bunuh diri akibat cintanya ditolak.
Mau menyusul??? Jangan yee...
4. Kebutuhan Pengakuan Sosial
Masih sama dengan tingkat ketiga, kebutuhan pada tingkat ini juga melibatkan kelompok. Kebutuhan pengakuan sosial boleh jadi harus terpenuhi karena manusia pada dasarnya haus akan tahta. Berlebihan dalam pemenuhan kebutuhan pengakuan sosial juga tidak baik. Beberapa waktu yang lalu kita telah melewati pilpres maupun pileg. Bila mengamati lebih teliti di spanduk atau baliho kampanye, nama-nama calon tertulis lengkap dengan gelarnya, Prof, Dr, Drs, H., Hj, S,xx, M,xx, dan lain-lain. Menurut saya, pencantuman gelar itu tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menunjukan ke pemilih bahwa calonnya itu intelek lho dengan gelar Dr atau Prof, atau calonnya itu agamis lho dengan gelar H atau Hj. Saat masih pemilihan menggunakan gelar sebanyak-banyaknya, dan saat sudah terpilih bisa jadi memanfaatkan posisi kekuasaan yang ada dengan menggarong uang negara. (Semoga yang terpilih barusan tidak seperti itu).
Kalau saya sendiri sih tidak perlu banyak-banyak gelar, yang penting kita semua nanti akan sama-sama punya gelar yang sama yakni Alm, tapi yang jelas sebelum mendapat gelar itu harus ada karya meskipun sederhana semacam berbagi tulisan ini.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Tingkat tertinggi diantara empat kebutuhan sebelumnya adalah aktualisasi diri. Kebutuhan ini tidak hanya melibatkan diri sendiri maupun kelompok, tapi juga melibatkan sang Pencipta, Tuhan YME. Pada tingkatan ini seseorang akan menyadari bahwa perbuatan untuk dirinya sendiri maupun kelompok dilakukan untuk kebaikan seluruh manusia dan seluruh dunia. Jadi sudah tidak ada lagi istilah "ini buat gue, ini buat loe", tapi yang ada adalah untuk kebaikan semua.
Sama dengan kebutuhan lainnya, bila pemenuhannya dilakukan secara berlebihan juga tidak baik. Ambil contoh gerakan ISIS. Saya yakin niat mereka pasti baik, tapi cara dan langkah yang ditempuh jelas menyimpang dari aturan yang ada.
Maslow menyebutkan, tuntutan selanjutnya akan muncul begitu tuntutan sebelumnya terpuaskan sampai derajat tertentu. Saat kebutuhan pertama terpenuhi, muncul kebutuhan kedua, dst. Penentuan derajat terpuaskan tiap manusia berbeda-beda. Ambil contoh pemenuhan kebutuhan untuk makan. Mungkin ada yang beranggapan makan satu piring besar itu baru bisa terpuaskan, ada juga yang makan setengah piring cukup. Penentuan ini berkaitan dengan kontrol diri. Pesan saya, agar bisa mengontrol diri dalam pemenuhan setiap kebutuhan di atas adalah dengan tahu kapan saatnya berhenti.
Untuk diskusi: anda sekarang sudah sampai pemenuhan kebutuhan yang mana?
Have a nice weekend Kompasianer. :-)