Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Membahas Jokowi: Lingkaran Nasrani dan Hegemoni Asing

7 Mei 2014   18:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 1040 10
Hal menarik yang pantas untuk dikupas dan dipublikasikan terkait Jokowi sebagai capres Republik Indonesia ternyata tidak lagi mengenai hobinya yang blusukan ke pasar dan bersalam-salaman dengan warga yang sliweran dikumuhnya pasar tradisional namun terkait intensitas pertemuan Jokowi dengan beberapa perwakilan negara-negara asing seperti duta besar Amerika Serikat, Vatikan (negara teokrasi Katolik), Meksiko dan Myanmar (negara kecil yang saat ini menjadi sorotan dunia terkait aksi barbarianisme dari kaum bhiksu yang membunuh sejumlah warga Myanmar yang beragama Islam).

Jokowi terliha sangat intens dan terlihat antusias melakukan dialog dan upaya-upaya komunikasi dua arah. Pertanyaannya adalah apa yang menjadi motif dan argumentasi dari kedua belah pihak untuk mengadakan pertemuan?

"Tadi itu di rumah Jacob Soetoyo. Tapi yang undang Bu Meriyana, keluarga besar Jacob Soetojo. Bu Meriyana yang punya yayasan di Cempaka Putih. Pembicaraan banyak, berkaitan geopolitik seperti apa," aku Jokowi di Kediamannya Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, (14/4).

Geopolitik menjadi salah satu topik yang dikupas disela-sela makan malam tersebut. Dan menyibak dari arah tujuan makan-makan sembari membincangkan percaturan perpolitikan tanah air dengan sejumlah negara-negara tersebut dan difalitasi oleh Jacob Soetojo yang juga pernah tercatat dalam barisan dewan pengawas Center of Strategic and International Studies (CSIS) pada tahun 2005. CSIS adalah lembaga pengkajian kebijakan sosial, politik, dan ekonomi Indonesia yang juga seringkali dikaitkan dengan think tank-nya dan berkumpulnya para tokoh yang beragama Katolik. Meskipun dalam sejarah panjang Indonesia, CSIS pernah dianggap sebagai bagian orde baru yang menyarankan untuk melakukan kooptasi seperlunya kepada PDI Perjuangan (saat itu masih bernama PDI).

Penulis masih keukeuh dengan pendapat, tidak ada makan siang  (atau makan malam) gratis. Semua memiliki harga jual dan tidak for nothing. Jokowi yang datang dan mendiskusikan secara cair dan preview mengenai kelak bagaimana dia memimpin bangsa ini akan tetap membawa pesan-pesan dari sela-sela denting sendok dan perangkat makan pada saat dinner itu. Dan yang perlu dianalisis adalah poin-poin interest dari sekian kepala yang hadir.

Mari kita kupas beberapa kemungkinan latar belakang pertemuan tersebut;


  1. Dubes Amerika Serikat  tentu saja akan menjelaskan perihal kompas yang akan selalu ditawarkan untuk dipakai secara bersama-sama antara Amerika Serikat dengan Republik Indonesia terkait beberapa isu-isu penting. Misalnya mengenai topik pluralisme dan gerakan yang masih mengalir dengan lamban dari beberapa sel-sel jamaah islam dengan pemahaman keras dan puritan. Dan tentu saja, ada tekanan intonasi mengenai nilai dunia global adalah nilai pandang Paman Sam. Tentu saja.
  2. Dubes Myanmar tentu saja terkait dengan tukar menukar informasi mengenai strategi laju kembang perekonomian kedua negara dan tentu saja meminta Jokowi menafsirkan ulang terkait kekerasan sektarian yang bisa memicu ketegangan dua negara (Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim dan terbesar sedunia).
  3. Dubes Vatikan dan Jokowi akan menimbulkan sebuah justifikasi bahwa orang-orang di belakang Jokowi adalah kelompok fundamentalis Kristen dan Katolik. Seperti diketahui, saat Jokowi meninnggalkan jabatan Wali Kota Solo, ia membuat daerah itu dipimpin oleh seorang Nasrani. Saat nantinya terpilih menjadi Presiden, Jokowi juga membuat DKI Jakarta dipimpin oleh Ahok yang seorang Nasrani. Hal ini bukanlah hidangan penuh nilai melainkan memberikan penilaian yang logis bahwa Jokowi sangat ramah dan melupakan nilai besar Indonesia, yakni masyarakat muslim yang luar biasa populasinya. Apalagi dengan heningnya Vatikan perihal beberapa pelanggaran-pelanggaran yang semestinya patut untuk diberikan perhatian. Vatikan lebih memilih untuk memberikan andil mengenai peliknya pengurusan pembangunan rumah peribatan di Indonesia - terkait pembangunan sejumlah gereja.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun