Wow!
Sungguh sebuah respon yang menohok dari seorang Jokowi terkait nasihat yang diberikan oleh pendahulunya yang pernah berkuasa selama dua periode. SBY seperti perlu sekali menggaris bawahi bahwa pemimpin yang selalu dibenarkan (meskipun pernyataan ini perlu dikritisi karena kemenangan Jokowi hanya hanya 'seiris') akan menimbulkan tiranisme baru. Baca disini.
Penggunaan frasa, "kepercayaan itu dibangun diantaranya oleh rekam jejak, ketulusan hati dan kesungguhan dalam bekerja" dari tohokan Jokowi perlu digarisbawahi dan penulis pungut untuk kemudian secara naratif kita susun ulang agar mempermudah kita meletakkan substansi dari pemilihan tersebut.
Rekam Jejak
Sebelumnya Jokowi mengatakan basis kepemimpinan dalam demokrasi adalah kepercayaan. Dan bangunan tersebut seperti tertulis diatas. Rekam jejak yang dimaksud Jokowi tentu saja rekam karir dirinya sewaktu menjabat walikota dan gubernur separuh perjalanan. Kecuali ada maksud lain dari penyebutan rekam jejak. Jika jejak yang dimaksud adalah prestasi maka perlu diperhatikan perbandingan karir dari kepemimpinan SBY dengan Jokowi tentu saja. Dalam skala dan level yang berbeda tentu saja namun parameter yang dibutuhkan tetap sama.
Ketulusan Hati
Penggunaan kosakata ini semakin membuat absurd karena bagaimana mengukur ketulusan (baca: tidak ada tumpangan atau tendensi lain selain bekerja untuk kepentingan rakyat). Jokowi juga merasa perlu menggunakan kosakata ini untuk (mungkin) meng-counter pernyataan SBY terkait bagaimana bekerja dalam terminologi sebagai abdi rakyat. Media massa Malaysia yang mengatakan presiden ketujuh RI adalah proxy (sebutan lain dari boneka atau antek-antek) Amerika Serikat. Maka tudingan Malaysia menjadi sebuah antitesa dari penggunaan kosakata "ketulusan hati".
Kesungguhan Dalam Bekerja
Entah apa yang dimaksud oleh Jokowi mengarahkan tulisan tersebut ke SBY yang sudah jelas memberikan baktinya kepada rakyat Indonesia selama 10 tahun terakhir. Kesungguhan apa yang dimaksudkan oleh Jokowi jika pemilu pertama dan periode kedua dimenangkan lebih besar persentasenya ketimbang Jokowi yang hanya meraih selisih 3% saja dari pesaingnya. Apa yang hendak dimaksud oleh Jokowi terkait membalikkan nasihat tersebut ke SBY jika umur kabinet yang disusun baru berusia kurang dari 100 hari plus embel-embel blunder yang dilakukan pemerintah seumur jagung ini?
Tapi ada sebuah nilai positif yang ditunjukkan oleh para nomor wahid republik ini bahwa sebuah pertikaian diksi dalam balutan 'nasihat' yakni tetap substantif meskipun ada perbedaan esensial, yang satu sudah membuktikan dan yang satu baru memulainya.
Salam Saling Menasihati Deh! Sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh Islam!