"Iniii satu ustadz, otak kepalanya isinya apa sih? mau gue bilang, isinya kotoran onta, nanti pengikutnya ngamukkk lagi di wall gue, hadeuh! dasar dajjal berkopiah! manusia yang ngaku2 bertuhan dan beragama, nggak akan asal ngomong serampangan kayak gini! yee ! bikin malu aja!!!"
Demikian posting sampah wanita yang kawin dengan pria bule tersebut. Alhasil, 'serangan balik' malahan lebih membuat Irene mendapatkan apa yang dia harapkan. 'Pengikut' ustadz Yusuf Mansyur betul-betul mengamuk di Instagram. Beruntung akun Irene di Facebook sepertinya sudah tidak aktif, wanita ini seperti ingin 'bersih-bersih' di dunia maya. Kalau tidak, akan memungkinkan 'kehebohan' di Instagram akan menular di Facebook.
Sebenarnya simple saja, jika dia pada pemahaman yang sama dengan Anies Baswedan yang risau dengan gaya berdoa yang sudah lama berlaku dimana mayoritaslah yang terwakili di dalam tatacara berdoa, silahkan berdiri tegas dan konsisten di pendapat tersebut dan menguatkan sikap Anies yang mulai tidak yakin dengan keputusannya untuk mengevaluasi tata cara berdoa tersebut. Jangan memberikan kesan Anies tidak memiliki inisiatif untuk mengevaluasi tata cara berdoa dan menuding seorang Yusuf Mansyur mengada-ada tentang itu.
Begitu banyak bukti-bukti digital Anies Baswedan memang berniat untuk merubah tata cara berdoa yang sudah lazim dilakukan selama ini. Ditambah pula posisi Mendikbud ini yang kuat nuansa pemahamannya kepada sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Tidak elok rasanya Anies seperti mencuci tangan diam-diam dan membuat seorang Yusuf Mansyur yang tetap tawadhu untuk meminta maaf atas kelancangan Anies.
Irene seperti mewakili sekelompok ibu-ibu yang resah saat masuk dan akhir jam pelajaran anak-anak mereka akan berdoa dalam format mayoritas. Namun melihat beberapa upload photonya di Instagram Irene berdomisili diluar negeri yang notabene tidak akan membuatnya resah terkait pelaksanaan doa bersama. Rasa gelisah yang bisa dipahami sebenarnya.Semua ibu-ibu akan memiliki kecemasan yang sama. Namun tentu saja guru-guru akan menjelaskan betapa perbedaan itu sebuah keniscayaan di Indonesia. Lazimnya dalam sebuah awalan berdoa telah disampaikan yang beragama islam berdoa dengan apa yang diyakininya, begitu juga untuk pemeluk agama yang lain. Sungguh ada keadilan di sana bukan? Sebuah artikel dari Hendi Setiawan menjelaskan tentang pernak-pernik tata cara berdoa baik di daerah yang mayoritasnya islam maupun nasrani
Umpatan Irene seperti menagih keadilan, apa yang di rasa tidak adil?
Irene terlihat konyol. Dengan segenap pemahaman terhadap dunia maya, beberapa orang berhasilcaptured akun Irene dan mengeksplore identitas wanita yang di timpa kesialan digital tersebut. Irene yang non muslim dan mengumpati seorang tokoh muslim terkenal di Indonesia plus jutaan pengikutnya.Betul-betul konyol dan sial pula.
Sayang balasan yang diberikan atas umpatan Irene dari ratusan orang juga tidak menunjukkan kearifan, bagi penulis memang dari 'sononya' seorang non muslim tidak memahami makna takdzim kepada seorang ulama dan membenci pendapat yang keluar dari rasa taat kepada Allah. Rasa amarah Irene pun berbalas kemarahan.
Penulis juga memiliki kecurigaan, jangan-jangan Irene ini adalah salah satu akun aktif di Kompasiana dengan akun tuyul yang sembunyi dibalik dinding eh dibalik bakwan eh dibalik kotoran onta?
Ah sudahlah, Irene telah membayar mahal sikap serampangannya sekarang. Selamat deh!
Tautan Rujukan
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/12/13/ngimh8-melalui-emfacebookem-perempuan-ini-hina-ustaz-yusuf-mansur