Tindak lanjut yang dimaksud adalah langsung menelpon satu persatu pihak yang bermasalah. Kemudian,saya juga diajak untuk ikutan proses mediasianya. Tetapi saya tidak bersedia, mengingat saya bukan termasuk para pihak yang terlibat.
Yang menggembirakan, proses mediasi berlangsung lancar. Dan pak ZA melalui komentarnya mengungkapkan seperti ini:
Bahwa pada hari Selasa, 19 November 2013 jam 15.00 telah dilaksanakan pertemuan antara kedua belah-pihak untuk melakukan proses mediasi. Atas permintaan kedua pihak, saya, Zainal Abidin, Direktur Pengawasan dan Kepatuhan Komunitas TDA diminta sebagai mediator bersama bapak Ahmad Juwaini, Presiden Direktur Dompet Dhuafa. Dalam proses mediasi tersebut telah diambil kesepakatan perdamaian dan saling pengertian antara kedua belah-pihak.
Atas kesepakatan kedua belah-pihak pula, poin-poin kesepakatan perdamaian tidak dipublikasikan untuk menjaga kehormatan dan nama baik semua pihak yang terlibat, serta untuk kepentingan yang lebih besar.
Saya mengucapkan terim kasih dan apresiasi kepada kedua pihak yang bersedia bertemu dan saling mencati titik temu untuk tercapainya kesepakatan di atas. Kepada mbak Ilyani, saya sampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi, karena menjadi sebab langsung maupun tidak langsung, terjadinya pertemuan dan kesepakatan ini.
Dengan tetap saling menjaga ukhuwah, saya juga mengucapkan terima kasih untuk teman-teman yang ikut berkomentar menanggapi tulisan ini. Semoga semua komentar dilandasi niat baik untuk saling menasihati dalam kebaikan. -komen pak ZA di tulisan tersebut -
Pak ZA adalah orang yang mewakili 30-an 'korban' tersebut yang menemui kami. Tadinya saya ragu menulis hal ini. Malah saran teman yang mempunyai kenalan orang dalam "Tempo' berjanji akan mensounding masalah ini sehingga Tempo bisa mengungkap kasus ini melalui media terkenal tersebut. Tentu saja melalui investigasi, misalnya soal legalitas usaha tersebut, berapa rill yang dirugikan,dan seterusnya. Maklum, selain kebesaran nama Tempo, tentu karena ini menyangkut nama orang terkenal.
Tetapi, saya gak tahan kalau tidak menulis. Semata, karena khawatir banget kasus ini menjadi sistemik, semakin banyak manusia yang menjadi korban. Makanya saya beranikan menulis. Ada kekhawatiran serangan balik berupa pencemaran nama baik. Karena data dianggap tidak valid. Seperti kasus jilbab hitam. Hii, walau saya pakai jilbab juga, tapi warnanya kebanyakan pink kok, bukan hitam....:D
Syukurlah, ternyata yang dikritisi juga berjiwa besar. Mau memperbaiki kesalahan. Apalagi ternyata media seperti Kompasiana cukup powerful menyebarluaskan berita ini. Terbukti yang membaca tulisan tersebut mencapai 2176, yang share ke FB sebanyak 238 dan tweet 28.
Jadi, terima kasih Kompasiana! Melalui sebuah tulisan disini, sebuah kesalahan yang 'hampir' sistemik semoga telah diperbaiki! Termasuk yang saya harapkan, pengelolaan investasi dan kerjasama dilakukan dengan sebenar-benarnya berdasarkan profesionalitas!
Ya sudah, Salam Kompasiana!