Buku yang saya baca mengenai sejarah Nabi bermacam-macam. Tetapi pada umumnya bersumber dari karangan Ibn Ishaq, Ibnu Hisyam yang pertama kali membukukan sejarah Nabi SAW. Itupun pendokumentasiannya setelah (kalo gak salah), sekitar 150 tahun setelah Hijrah. Banyak buku sejarah Nabi berasal dari sumber paling awal ini, tetapi biasanya nanti dikompilasi lagi dengan hadist terkait sejarah, atau ditafsirkan lagi oleh pengarang sejarah Nabi berikutnya. Apalagi yang kontemporer.
Yang menarik dari sejarah Nabi SAW itu diantaranya adalah proses Hijrah. Hijrah ke tempat yang lebih diberkahi, tempat yang lebih memberi jalan untuk memperbaiki keimanan, kehidupan dan masa depan yang lebih cerah.
Karena ketika itu di Mekkah, kondisi ummat islam sangat sulit. Penyiksaan dilakukan kepada para muslim-muslim baru ini. Bapak menyiksa anaknya. Bahkan seorang ibupun tega menyiksa anaknya yang menjadi muslim, dengan mengurung tanpa memberi makan. Paman terhadap ponakannya. Abang terhadap adiknya.
Apalagi budak-budak yang muslim, semakin menjadi disiksa oleh majikannya. Beberapa diantaranya meninggal karena disiksa ini. Sementara beberapa sahabat ra yang biasanya memerdekan para budak tersebut, sudah menyusut sekali hartanya, hingga tak punya sedikitpun untuk mampu membebaskan para budak tersbeut.
Kondisi ini yang akhirnya membuat Rasulullah SAW mengambil keputusan agar sahabat-sahabat beliau hijrah atau pindah ke tempat lain yang lebih kondusif. Dan tempat yang beliau pilih adalah negeri Habsyi, yang terletak di Afrika Timur, dimana Raja dan sebagian besar penduduknya menganut Kristen.
Hijrah pertama ini terjadi pada tahun ke-5 Kenabian, pada bulan Rajab. Rombongan yang berangkat ada 2 kelompok, yang pertama terdiri dari 24 orang dan yang kedua terdiri dari 100-an orang, termasuk anak-anak.
Kedatangan rombongan ini disambut hangat oleh Raja Negus, Raja KristenĀ negri Habsyi. Mereka diperlakukan sangat baik dan ramah oleh Sang Raja. Bahkan penduduk Habsyi pun dengan baiknya menyambut rombongan ini.
Raja Negus menjamin keselamatan mereka. Menjamin kehidupan mereka mencari nafkah. Bahkan ketika utusan kafir Quraisy Makkah datang meminta mereka untuk dipulangkan, sang Raja dengan tegas menolak.
Padahal kafir Quraisy bukan hanya meminta loh, tetapi suapnya juga banyak, mulai dari emas-emasan, kulit, hewan, dan sebagainya ditawarkan agar Sang Raja bersedia mengubah fikirannya. Hadiah-hadiah yang akan membuat silau, tetapi Sang Raja tetap pada pendiriannya untuk melindungi kaum muslim.
Dan yang terakhir jurus yang digunakan oleh mereka adalah dengan membenturkan keimanan Islam dengan Kristen. Inipun gagal, karena yang dilihat Sang Raja malah PERSAMAAN nya, BUKAN PERBEDAANNYA.
Kaum kafir Quraisyipun pulang kembali ke Mekkah dengan tangan hampa. Dan kaum muslim lega, bersyukur tetap bisa melanjutkan hidupnya di Habsyi ini.
Kemudian, ketika Nabi telah hijrah ke Madinah dan kehidupan Nabi serta para sahabat sudah semakin membaik, Nabi meminta agar rombongan yang hijrah ke Habsyi datang ke Madinah. Diantaranya adalah Ja'far bin Abi Thalib ra, sepupu Nabi, abang Ali bin Abi Thalib ra, yang juga sangat dicintai Nabi.
Ketika suatu peristiwa, Ja'far mengungkapkan rasa suka citanya dengan menari-nari berkeliling. Nabi bertanya, apa ini wahai Ja'far? Ja'far menjawab sambil tertawa, dia mengikuti cara orang Habsyi mengekspresikan rasa sukacitanya. Dan Nabipun tersenyum mendengarnya.
Yang menarik, walaupun belum pernah bertemu, hubungan Nabi SAW dengan Raja Negus sangat dekat. Beliau selalu menyampaikan salam kepada sang Raja. Bahkan, di suatu ketika sedang berbincang dengan sahabat, Nabi tiba-tiba terdiam, dan wajahnya sedih. Ketika sahabat bertanya, Nabi menjawab, baru saja Jibril menyampaikan berita kepada beliau, bahwa Raja Negus telah wafat. Kemudian Nabi SAW dan para sahabat mendoakannya.
Ini adalah pelajaran sejarah, mengenai interaksi antar agama yang indah. Jadi kenapa manusia sekarang mempersulitnya?
Ya Sudah, Selamat Tahun Baru Hijriah! Semoga masa depan yang lebih indah, lebih toleran menanti kita..!