Aku pernah lihat acara Scam City di NGC, mengenai turis turis yang menjadi sasaran kejahatan yang sangat halus dilakukan oleh penduduk lokal negara yang sedang dikunjungi.
Kalau di Rio (Brazil), hampir di setiap lini transaksi turis bisa menjadi sasaran penipuan. Misalnya ketika mengendarai taksi, ketika memberi 20 dollar, si supir taksi tidak mengakuinya. Dan mengatakan bahwa yang diberi hanya 10 dollar. Dan dia dengan sigap memberi bukti uang yang dikasih tersebut. Turis pun sulit akan berkilah, karena bukti di tangan dia. Untunglah pas acara ini ada kamera tersembunyi nya, jadi sudah sempat direkam uang yang diberi.
Nah kalau di Istanbul, berhati hatilah dengan pemuda ganteng, yang tiba tiba mendekati dan sangat ramah. Pemuda ini berbicara dengan penuh perhatian kepada kita. Mengucapkan beberapa kata dalam bahasa kita. Dan ujung ujungnya akan menawarkan makan di suatu restoran. Ketika habis minum dan makan sekedarnya, tiba tiba kita mendapat tagihan yang luar biasa. Tentu saja kita tidak bisa ngeles, la wong makannya sudah habis. Dalam documenter NGC ini, mafia penipuan ini ditelusuri, walau rada bahaya.
Sedangkan di Barcelona, hati hati dengan cewe cewe yang cantik menyapa. Soalnya ternyata mereka pencopet yang mahir sekali. Itu saja sih, yang sempat tak lihat, yang lainnya gak sempat.
Tetapi kejadian nyata yang kami alami ada juga yang mirip mirip seperti itu. Seperti suamiku ketika di Istanbul juga didekati seorang pemuda yang sangat ramah dan bisa beberapa kata bahasa Indonesia. Untung suamiku tidak mau diajak makan di restoran, kalau gak, wah bisa kejebak habis tuh. Apa karena yang ngajak cowo ya? Hehee
Kemudian, ketika di Kairo kami juga dijebak untuk membeli parfum oleh seorang pemuda yang berpura pura ramah sekali. Dia bilang, bapaknya pernah tinggal di Jakarta, bisa sedikit bahasa Indonesia. Akhirnya kami terjebak masuk ke tokonya. ‘Dipaksa’ banget supaya beli parfum, yah kamipun beli juga parfumnya, cuma mangkel banget, karena merasa dikadalin.
Kalau di Indonesia, modusnya gak sekasar itu. Paling ketika di Bali, kalau menyewa mobil, maka kita akan ‘dipaksa’ untuk masuk ke toko suvenir tertentu, atau melihatpertunjukan tertentu. Dan itu harganya, wuihh, mahal banget.Nah,walaupun kita sudah menolak, tetapi dengan berbagai acara supir rental mobil itu bisa juga akhirnya mengajak kita mampir.
Memang, untuk menghindari bahaya seperti itu, sebaiknya mengikuti paket travel. Sehingga sudah mempunyai pemandu yang terpercaya, akomodasi dan logistik yang memadai. Ini kami lakukan ketika ke Belitung. Dan nyaman sekali, karena akomodasinya bagus, tempat makan juga sueger dan nikmat banget. Sementara pemandu yang penduduk lokal juga orang yang menguasai sejarah dan menguasai pula masalah safety/keselamatan (karena kami juga menyeberang lautan ke pulau Burung).
Tetapi kalau travel sendirian ataupun tanpa paket, memang sebaiknya sudah membaca baca via internet ataupun buku panduan wisata mengenai lokasi lokasi yang 'rawan' sehingga harus dihindari. Sekalian dengan trik trik penipuannya. Begitu juga penting dicatat nomor yang harus dikontak jika terjadi apa apa, seperti call center pariwisata, ataupun kepolisian setempat.
Ya Sudah, gitu aja..Salam Kompasiana!