Tetapi benarkah itu? Rasanya sudah mulai getir ketika membaca beberapa media yang menggambarkan bagaimana Morsi menjalankan pemerintahannya. Pertama adalah ketika dia mulai membungkam media yang mengkritik sang presiden. Waduh, masa presiden 'hasil revolusi' enggan dikritik?
Untuk langkah ini, bahkan para Sheikh Al Azhar pun demo turun ke jalan memprotes apa yang mereka sebut sebagai 'kediktatoran Ikhwanul Muslimin', dan menuntut kebebasan pers. Aneh sekali IM ini, bukankah dia organisasi yang menjadi korban dari kediktatoran Mubarrak, tetapi kok ya mau ikut pola Mubarrak? Bahkan di seumur jagung ini!
Tetapi masih ada harapan. Bahwa tuntutan masyarakat yang 'masih bebas' berekspresi di jalanan itu bisa didengar oleh pemerintah.
Itu memang hal yang negatif yang sempet kubaca. Tetapi yang positif tentunya adalah karena Morsi juga menjadikan seorang perempuan Kristen Koptik sebagai penasihat/asisten Presiden, dua orang perempuan sebagai menteri dan seorang profesor perempuan sebagai penasihat khusus untuk masalah politik.
Sementara untuk peran militer, memang sudah mulai dipinggirkan. Jenderal Tantawi dipensiunkan. Sempet ada isu bakal ada 'brotherhoodisation', tetapi pentolan IM nya bilang, 'Mesir adalah untuk orang Mesir. Kami tidak ingin negara 'IM' (brotherhood state). Ini adalah negara hasil revolusi orang orang Mesir'.
Tantangan berat Morsi juga adalah di bidang ekonomi. Jutaan orang mesir kehilangan pekerjaan sejak revolusi. Untuk ini Morsi mengandalkan sumberdaya dalam negeri berupa wisata, minyak, gas dan hasil pertanian. Juga digalakkan kerjasama /investasi dengan negara lain. . .
Yang menarik adalah kebijakan politik luar negerinya. Morsi mengijinkan kapal Iran melewati terusan Suez, dan menolak desakan Amerika Serikat untuk menembak kapal tersebut. Morsi juga datang di KTT Gerakan NonBlok di Teheran, Iran.
Kunjungan pertama seorang presiden Mesir sejak terjadinya revolusi Iran tahun 1979. Di pertemuan ini, Morsi secara pragmatis memang ingin meningkatkan hubungannya dengan Iran. Walau kedua negara berbeda soal penanganan Syiria, tetapi semoga bisa ada titik temunya juga.
Sekali lagi, selamat tinggal Mesir. Negara yang baru revolusi. Usianya seumuran bayi yang baru belajar jalan. Semoga kesalahan Mubarrak yang korup, militeristik, diktator, otoriter, tidak lagi terulang. Semoga kesalahan Morsi soal kebebasan pers segera diperbaiki.
Semoga Morsi benar benar cerdas bermain politik. Bisa dipercaya (amanah), jujur (siddik), fathonah (cerdas) dan tabligh (mampu berkomunikasi/menyampaikan). Serta punya intuisi yang diberkahi. Amiin.
Banyak banget nih semoganya. Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!