[caption id="attachment_110599" align="aligncenter" width="627" caption="Gunung Papandayan, dari jalan. Foto by Muassis Andang"][/caption] Jalan-jalan ke gunung Papandayan ini memang dadakan. Bersama beberapa orang temen, kami ke gunung Papandayan beberapa waktu lalu. Ceritanya sekalian perpisahan. [caption id="attachment_110600" align="alignleft" width="300" caption="Asap Kawah Papandayan. Foto by Muassis Andang"][/caption] Gunung Papandayan terletak di Garut. Kalau dari Jakarta, sekitar 3-4 jam, melalui Bandung pinggiran. Ketika sampai di Garut, dan perjalanan mulai mendaki, nah itu, jalanan jelek banget. Berlubang-lubang dalam sekali. Yang jelas kalo bawa ibu hamil bisa langsung brojol deh, saking parahnya kondisi jalan disini. Heran juga, padahal gunung Papandayan termasuk tempat wisata andalan Jawa Barat. Tetapi tampaknya Gubernur Jabar, AHmad Heriaywan cuek dengan kondisi infrastruktur disana. Padahal yang namanya tempat wisata, mesti berarti banget bagi penduduk lokalnya sebagai sumber mencari nafkah. Menjelang sore, kamiĀ sampai di lerengĀ gunung Papandayan (tempat parkiran), gemuruh angin sangat kencang terdengar. Bener-bener bikin merinding. Serasa ada tsunami, tapi di gunung. Gemuruh kuat itu terus menerus ada. Rasanya aku jadi kecil banget. Dan tak berarti dibandingkan dengan kekuasaan alam. [caption id="attachment_110602" align="alignleft" width="300" caption="Bebatuan kuning dan air jernih di Papandayan. Foto by Andang"][/caption] Dah gitu, dinginnya gak ketulungan. Aku sampe bilang,'gimana kalo kita balik aja, jadinya ngumpul di Bandung?' Tapi temen-temen malah gak mau tuh. Ya sudah, akhirnya karena hari semakin gelap, kami mendirikan tenda agak di atas. Rencananya baru pagi naik ke kawah. Wadow, bermalam di tenda bener-bener dingiiiin banget. Brrr.... Paginya, dengan cuaca pekat berkabut, kami naik ke gunung Papandayan. Kalo naik ke gunung ini, gak seberapa di banding waktu mendaki ke Gunung Gede. Lha wong cuma 2-3 jam sudah sampai atas dan liat kawah kok. Kalo waktu ke gunung Gede, sudah jalan mendaki terjal selama 9 jam, baru nyampe di tempat air panas. Jauh banget emang. [caption id="attachment_110604" align="alignleft" width="240" caption="Lagi Mendaki Bareng. Foto by Job"][/caption] Di kawah gunung Papandayan ini, alam sungguh indah sekali. Batu-batuan kuning keemasan, dengan air hangat jernih mengalir. Kawah berasap pekat, berwarna putih. Sementara dari kejauhan dibawah, tampak kota Garut terbentang. Ehmm, alam seperti ini rasanya indah, indah sekali. Dan melegakan. Alam seperti kitab suci yang terbuka. Manusia bisa membaca dan mencari 'Yang Ilahi' dengan membaca kitab suci dari alam ini...Merasakan 'Dia' Yang Maha Kuasa, Maha Indah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.... Pas turun, kami sempet ketemu rombongan turis dari india. Ada loh, ibu ibu tua yang ikut naik. Karena dia rada tertatih tatih, aku ngasih tongkatku ke ibu ini. Terus kita malah diajak foto foto ma mereka.... Ya sudah, ceritanya sampai disini...Salam Kompasiana! [caption id="attachment_110607" align="alignright" width="300" caption="Mejeng Berdua di dekat Kawah Papandayang. Foto by Temen"][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL