Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Biaya Perang AS, bikin Negaranya Bankrut?

25 Maret 2011   12:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:27 516 1
Sekali lagi AS dan sekutunya terlibat perang di Libya. Padahal keterlibatan ini belum disetujui kongres. Dan yang penting lagi, AS belum pulih ekonominya. Masalah pengangguran dan turunnya standar kehidupan masih membayangi pemerintahan Obama ini.

Tetapi, alih alih mengurusin negaranya yang belum genah ekonominya, AS malah ikut-ikutan perang di Libya. Tetapi memang 'minyak' di Libya sangat menggiurkan. Sama seperti minyak di Irak yang juga amat menggiurkan. Tetapi apakah AS sudah 'menikmati' hasil minyak di Irak tersebut?

Suatu tulisan J.E Stiglitz di Washington Post menunjukkan bahwa biaya yang harus ditanggung AS selama perang di Afghanistan dan Irak berperan besar dalam krisis ekonomi yang melanda AS. Biaya tersebut diperkirakan mencapat $3 trillion atau setara dengan Rp 30.000 trilyun. Bandingkan dengan total APBN Indonesia tahun 2010 yang 'hanya' mencapai Rp 1.009,5 triliun.

Biaya perang AS tersebut berarti setara dengan hampir 30 kali lipat total APBN Indonesia! Ini adalah biaya langsung AS. Sementara biaya tidak langsung seperti merawat dan mengobati korban perang belum termasuk hitungan.

Apalagi kalau menghitung juga dampak perang, dimana harga minyak meroket naik, sehingga anggaran rumah tangga yang bisa digunakan untuk hal lain (termasuk untuk membayar angsuran rumah) tersedot untuk biaya bbm. Ini juga yang membuat Bush ujug ujug membuat peraturan menaikkan suku bunga KPR, kemudian membuat rakyat tak mampu bayar, dan dimulainya krisis finansial di AS.

Dari total biaya perang tersebut, yang paling menyedot biaya adalah di Irak, karena mencapai lebih dari 2 kali lipat biaya di Afganistan. Karena memang sulit sekali mencapai kestabilan politik di irak,  antar golongan terdapat persaingan yang tajam dan saling sikut.

Dalam pepatah kita disebut, dalam perang, yang kalah jadi abu, menang jadi arang. Tidak ada untungnya. Makanya keterlibatan AS di Libya ini tak urung juga didemo besar-besaran oleh rakyatnya sendiri.

Mending ngurusin negara sendiri, ya kalau kaya dan berlebih bisa membantu negara lain yang miskin. Bantuin tuh ethiopia yang masyarakatnya benar-benar mati kelaparan, kurus kering, tinggal kulit pembalut tulang...daripada intervensi kedaulatan negara orang lain..

Ya sudah, Salam Kompasiana!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun