"Saya sudah muak dengan kemunafikan. Pejabat-pejabat DKI ini luarbiasa santun sekali jika ngomong sama saya, tetapi ternyata mereka bajingan semua."
Kaget gak, pemimpin ngomong kek gitu, hehee. Ahok saingan ma Bu Risma nih, yang pernah bilang gini juga ketika lihat Taman Bungkul abis diacak-acak promosi suatu produk es krim. Tetapi bedanya, Ibu Risma bilang gitu sambil lihat kondisi tamannya dan marah-marah kepada pihak yang bukan di bawah kontrol dia dalam sebuah sistem manajemen.
Nah kalau Ahok kan bilangnya 'semua pejabat DKI' yang nota bene sebenarnya anak buahnya dia juga. Berada di dalam satu kontrol manajemen di mana Ahok adalah kapten kapalnya. Ada apa sampai Ahok bicara seperti itu?
Menurut saya ada beberapa alasan:
1. Mengenai permasalahan di rusunawa ini, rumah subsidi, apartemen di DKI Jakarta, 'skala' permainannya memang sudah puarrah banget. Saya dikasih tahu teman yang kebetulan suaminya pernah kerja di Dinas Perumahan DKI Jakarta, tetapi sejak beberapa tahun lalu sudah keluar. Dia bilang, kalau mau tahu dinas yang paling korup di DKI ya Dinas Perumahan. Lihat saja apartemen subsidi di Kalibata DKI Jakarta. Sudah seperti kota tersendiri, tetapi yang memiliki puluhan apartemen di sana apakah orang yang perlu disubsidi?
Dalam suatu sistem yang terlanjur korup puluhan tahun, pihak yang terlibat saling melindungi. Jadi sulit mencari tahu siapa yang salah. Yang dirugikan tentu warga yang seharusnya bisa dipermudah dan memenuhi kebutuhan dasarnya untuk berteduh, jadi tinggal di tempat yang ilegal.
Jadi Ahok mungkin sudah berusaha memperbaiki internal manajemennya, tetapi masih terjadi kasus seperti itu. Sehingga Ahok sampai memakai orang kepercayaan khusus untuk menginvestigasi. Memakai orang khusus kepercayaan saja sudah menunjukkan ketidakpercayaan Ahok kepada siapa pun pegawai di bawahnya.
Dan ketika orang kepercayaan ini malah dipersulit, kemudian diancam untuk dibakar, Ahok mengungkapkan kemarahannya di acara ini.
2. Ini strategi Ahok, ucapan ini juga diliput media, sebagai psy-war terhadap para pejabat yang memang sulit sekali diubah. Kalau pimpinan masih tidak diikuti, dilawan, ya pakai media toh, sebagai pihak yang bisa melakukan tekanan publik agar pejabat berlaku 'lurus'?
3. Sudah karakter Ahok yang sulit diubah. Ahok memang temperamen. Jadi, bisa saja sebenarnya kasusnya tidak sesulit itu, tetapi karena karakternya memang keras dan cablak, spontan saja Ahok bicara begitu.
Makanya, diharapkan wakil Ahok (wakil Gubernur) benar-benar pemimpin yang bisa ngemong. Jadi saling melengkapi dengan Ahok. Seperti Jokowi yang ngemong dengan Ahok yang blak-blakan. Keren kan perpaduannya...:D
Jadi wakilnya bisa ngasih peran lain. Peran memotivasi, memuji. Banyak jalan menuju Roma dalam memperbaiki sistem. Memuji yang baik agar bawahan bergairah melakukan kebaikan, juga bisa dilakukan. Termasuk juga memakai segala sistem yang canggih, agar perilaku korup semakin sulit. Misalnya memasang CCTV di banyak tempat. Kamera tersembunyi, sistem transparansi mengenai praktik jual-beli sewa rusun, dan sebagainya.
Pejabat DKI sendiri memang kudu kaget di bawah sistem seperti Jokowi-Ahok. La wong sudah terlena dengan sistem lama yang adem-ayem tentrem lemot dan nilep, hehee. Jadi inget dulu ketika masa Foke, saya datang ke suatu dinas, jam 10 masih ngeriung sarapan di pojok barengan, selesai kami rapat, pas lewat ruangan ada yang baca koran, tidur di musola, dan jam 2 gitu bis karyawan sudah 'pemanasan' untuk pulang, hehee.
Yups, semoga saja Ahok tetap bisa merangkul dan mengajak anak buahnya dalam gegap gempita perubahan Jakarta Baru. Anak buah disayangi, karena gimana pun, mereka tetap ujung tombak dalam perbaikan sistem di Jakarta ini.
Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!