Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno

Alternatif Bahan Bakar pada Produksi BBM dari Limbah Ban Bekas Menggunakan Konsep Pirolisis

8 Mei 2024   08:11 Diperbarui: 8 Mei 2024   08:16 207 0


Di Indonesia terdapat 14 industri ban dengan skala nasional dan memproduksi hingga 77 juta unit ban mobil, dan 64 juta unit kendaraan roda dua. Dengan produksi sebanyak itu Indonesia telah mengalami permasalahan tentang limbah ban karet kendaraan bermotor. Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2022 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 148.212.865. sedangkan menurut data kementrian perindustrian Indonesia, hingga tahun 2019 total produksi ban karet di Indonesia mencapai 211,49 juta unit untuk ban luar dan 225,13 juta unit untuk ban dalam.

Dengan banyaknya jumlah produksi ban kendaraan oleh industri dan banyaknya kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini memanfaatkan biogas untuk digunakan sebagai bahan bakar pengolahan limbah ban karet dengan menggunakan metode pirolisis yang akan menghasilkan bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak yang dihasilkan nantinya akan dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar untuk kendaraan bermotor.

Konversi limbah ban karet menjadi bahan bakar minyak adalah daur ulang tersier. Ada beberapa proses dalam mengkonversi limbah ban karet, yaitu: hydro cracking, thermal cracking, dan catalytic cracking. Proses pirolisis termasuk dari proses thermal cracking. Pirolisis adalah proses dekomposisi termal suatu bahan pada suhu yang tinggi tanpa udara atau udara terbatas. Dekomposisi dalam proses pirolisis ini juga biasa disebut devolatilisasi.

Proses hydrocracking dilakukan dengan mereaksikan ban karet dengan hidrogen dalam wadah tertutup dengan pengaduk pada temperatur 423 K sampai 673 K serta tekanan hydrogen 3 sampai 10 MPa. Terdapat katalis yang membantu dalam proses ini antara lain, methyl naphthalene, tetralin dan decalin. Pada proses thermal cracking akan dilakukan pemanasan dengan temperatur 350-500C. proses ini akan menghasilkan gas yang kemudian dikondensasikan menjadi minyak dengan kondensor bertemperatur 21C. Proses terakhir adalah catalytic cracking, proses ini menggunakan katalis untuk mengurangi temperatur dan durasi waktu reaksi saat reaksi perekahan. Dalam proses pirolisis dilakukan dengan memberikan katalis dan tanpa memberikan katalis. Katalis yang diberikan adalah Y zeolite. Pemberian katalis ini menurunkan densitas dari minyak yang diproduksi dengan metode pirolisis.

Limbah ban karet bekas adalah bahan yang digunakan untuk inovasi ini. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan antara lain:

a.      Neraca untuk menimbang massa limbah ban karet bekas.

b.     Thermocouple untuk mengukur suhu reactor serta thermocouple reader.

c.      Biogas yang akan digunakan sebagai pemanas reaktor.

d.     Stopwatch untuk menghitung lamanya waktu pembakaran.

e.      Reaktor yang digunakan untuk pirolisis adalah reactor berbahan stainless berdiameter 30cm dan tinggi 40cm yang diisolasi menggunakan glasswool dan alumunium foil.

Reaktor pirolisis yang digunakan untuk memproses limbah ban karet bekas menjadi bahan bakar minyak menggunakan pemanas reactor oleh biogas, unit pendingin yang terbuat dari tembaga untuk mempercepat pendinginan dan tabung tempat menampung minyak hasil pirolisis.

Hasil dari pembakaran pirolisis berupa minyak, gas dan residu pembakaran berupa benda padat. Berikut adalah grafik hasil dari pembakaran pirolisis dengan temperatur 200-400C. Pada temperatur 200-250C residu yang didapat masih sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan proses pirolisis dari limbah ban karet bekas belum mencapai proses maksimalnya. Sedangkan pada suhu 350C residu sudah mulai berkurang dan minyak yang dihasilkan juga meningkat akibat perekahan pada temperatur tinggi. Akan tetapi jika suhu dinaikan lagi menjadi 400C hasil minyak yang dihasilkan akan menurun, hal ini menunjukan bahwa proses dekomposisi ban karet bekas sudah mencapai batas maksimalnya. Metode yang membakar limbah ban karet bekas dalam ruang tertutup tanpa udara atau dengan sedikit udara. Minyak dapat dihasilkan secara maksimal pada temperature 350C.

Tentu saja untuk mewujudkan konsep tersebut diperlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Pemerintah dapat membuat regulasi dan insentif untuk mendukung pengembangan teknologi pirolisis sebagai solusi daur ulang limbah ban karet. Industri ban dapat berperan aktif dalam menyediakan limbah ban karet bekas sebagai bahan baku, sedangkan masyarakat setempat dapat secara sadar mendukung pemilahan dan pengumpulan limbah ban karet. Oleh karena itu, penggunaan konsep pirolisis sebagai  bahan bakar alternatif dalam produksi bahan bakar dari limbah ban bekas menjanjikan solusi  berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan lingkungan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Langkah ini merupakan  upaya tulus untuk mendukung transisi Indonesia menuju perekonomian berkelanjutan dan ramah lingkungan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun