Akan tetapi, tahukah Anda? Di balik produk kelapa sawit yang sering kita konsumsi ternyata terdapat segudang permasalahan di baliknya. Permasalahan tersebut muncul ketika habitat hutan tropis mulai tergeser oleh perluasan wilayah perkebunan kelapa sawit yang tidak mempertimbangkan tindakan konservasi. Hal ini kerap dikaitkan dengan deforestasi dan pembakaran hutan gambut yang sering terjadi di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Pembakaran ini memicu pelepasan gas rumah kaca yang berdampak pada laju percepatan perubahan iklim. Data WWF pada tahun 2014 menyebutkan bahwa gajah borneo berkurang sebanyak 80%, harimau sumatera berkurang 60%, 50% orangutan telah menghilang dan 20% hutan lindung beralih menjadi lahan kelapa sawit.
Apakah kelapa sawit harus dihapuskan? TIDAK!! Sebab 45% dari jumlah lahan kelapa sawit di Indonesia atau sekitar 50 ha/orang dikelola oleh petani kecil yang telah terselamatkan dari kemiskinan. Selain itu permasalahan bukan terletak pada kelapa sawit, namun pada cara budidaya kelapa sawit itu sendiri. Lalu bagaimana cara untuk menyelamatkan lingkungan namun tidak menghilangkan mata pencaharian masyarakat kecil? Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) merupakan bagian dari solusi itu.
RSPO adalah sebuah badan gabungan dari produsen, pengolah, pedagang, retail, investor, non government organization (NGO), dan konsumen untuk mewujudkan standar global pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan atau yang lebih dikenal Certified Sustainable Palm Oil (CSPO). RSPO mengembangkan sebuah konsep kriteria lingkungan dan sosial yang mewajiibkan setiap perusahaan untuk mematuhi segala aturan sebagai syarat untuk mendapatkan sertifikat Sustainable Palm Oil. Ketika mereka mampu mematuhi konsep RSPO dengan benar maka hal ini dapat membantu meminimalkan dampak negatif dari budidaya kelapa sawit pada lingkungan dan masyarakat . Beberapa aspek penting RSPO yang harus ditekankan pada perusahaan yaitu:
1. Keadilan dalam bekerja
2. Tidak merampas lahan masayarakat lokal
3. Tidak membuka hutan primer/lindung untuk lahan perkebunan
4. Satwa yang berada di perkebunan harus dilestarikan.
RSPO bersama WWF cukup serius untuk mewujudkan sertifikasi sustainable palm oil bersama beberapa pihak di atas. Produsen yang telah menjadi anggota RSPO terikat komitmen untuk memenuhi standar sosial dan lingkungan. Dengan kata lain tidak ada kesempatan bagi perusahaan perusak dan pembakar hutan untuk mendapatkan sertifikat sustaninable palm oil. Menurut data tahun 2015 yang dihimpun dari RSPO, 51% perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah bersertifikasi sustainable palm oil dan sebanyak 48% suplai minyak kelapa sawit CSPO global berasal dari perkebunan kelapa sawit Indonesia. Namun, kenyataan pahit yang jelas terlihat adalah tidak lebih dari setengah total suplai CSPO tersebut dibeli oleh konsumen global.
Indonesia adalah salah satu negara yang banyak terdapat aktivis lingkungan. Jika dikalkulasikan, aksi yang paling banyak dilakukan adalah kampanye lingkungan tentang hilangnya hutan tropis di Indonesia akibat ekspansi perusahaan kelapa sawit nakal. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah aktivis yang merekomendasikan RSPO sebagai solusi. Bahkan kebanyakan kampanye hanyalah sebuah penyampaian informasi yang tidak menawarkan SOLUSI yang tepat kepada konsumen.
Kini saatnya kita menjadi konsumen cerdas untuk menyelamatkan hutan tropis Indonesia. Karena hutan tropis merupakan rumah bagi ribuan jenis satwa yang beberapa di antaranya dalam status terancam punah. Kita harus sadar bahwa teori 3R (Reuse, Recycle, Reduce) tidak berlaku pada orang hutan, harimau sumatera dan gajah borneo. Ketika mereka telah hilang, maka hilanglah sudah karena mereka tidak bisa didaur ulang. Jadi, jangan biarkan mereka bertarung sendiri melawan ekspansi perkebunan kelapa sawit.
Orang pintar akan memilih produk kelapa sawit berlogo RSPO yang sudah jelas akan menyelamatkan hutan. Mari bersama menyadarkan 49% perusahaan perkebunan kelapa sawit yang belum bersertifikat sustainable palm oil, serta menjadi konsumen cerdas untuk menyudahi ketidaknyamanan bumi ini. Kita sudah merasa jenuh ketika musim penghujan tiba khawatir banjir akan datang dan ketika musim kemarau datang kita harus menderita karena kelangkaan air bersih.
Indonesia memiliki kekuatan besar sebagai pengendali pasar minyak kelapa sawit. Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa (BPS 2010) yang membuat Indonesia sebagai konsumen terbesar di dunia. Artinya bukan hanya dapat membuat perusahaan perkebunan kelapa sawit perusak hutan Indonesia menjadi bangkrut, bahkan dapat membuat perusahaan perkebunan kelapa sawit di dunia yang tidak memiliki sertifikat sustainable palm oil menjadi hancur. Kita semua dapat mewujudkan perkebunan kelapa sawit berkembang menjadi lebih baik. Mari menjadi generasi konsumen pintar dengan menggunakan produk kelapa sawit berlogo RSPO, untuk melindungi dan menjamin kelestarian hutan beserta satwa Indonesia!
“Indonesia tidak butuh generasi pencaci maki yang mencari siapa yang salah namun Indonesia butuh generasi pencari solusi ( Ridwan Kamil )”.